Mohon tunggu...
Bilma alfatah
Bilma alfatah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Jakarta Prodi Jurnalistik

Saya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Jurnalistik yang sedang suka membaca buku maupun artikel yang ada di media

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Kesopanan dan Keramahan dalam Retorika Dakwah

3 Juli 2024   03:26 Diperbarui: 3 Juli 2024   03:35 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Syamsul Yakin dan Bilmantassya Alfatah Rahmat

Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Retorika dan dakwah dalam praktiknya harus senantiasa memperhatikan adab. Hal-hal yang baik harus diterapkan dan yang buruk harus dihindari, baik oleh komunikator (orator dan dai) maupun komunikan (audiens dan mad'u).

Secara umum, adab dalam Islam merujuk pada norma-norma sopan santun yang diambil dari Al-Qur'an. Adab ini menjadi dasar untuk menjalin komunikasi yang dialogis antar manusia, dan dalam hierarki Islam, adab dianggap lebih tinggi daripada ilmu.

Dalam komunikasi Islam, seperti dakwah, nilai-nilai sopan santun, keramahan, dan kesopanan dalam berbicara sangat ditekankan. Proses komunikasi tidak hanya ditujukan pada hasil akhir, tetapi juga pada prosesnya, yang menunjukkan urgensi adab dalam retorika dakwah.

Dalam konteks Islam, adab berbeda dengan akhlak. Adab mengacu pada aturan yang bersifat terpaksa, sementara akhlak adalah respons yang spontan dan berasal dari hati nurani. Dalam retorika dakwah, lebih tepat untuk mengedepankan adab karena sifatnya yang mengikat.

Akhlak atau respons spontan dari seorang orator atau dai mungkin timbul tanpa perencanaan atau pembuatan kesengajaan, tetapi bisa dipelajari, diulang, dan dibiasakan.

Secara nilai, adab membantu membimbing orator dan dai untuk menjadi individu yang lebih baik dalam berpikir dan bertindak, tergantung pada situasi dan kondisi tertentu. Ini berhubungan dengan konsep ethos dalam retorika yang memengaruhi persepsi komunikan.

Berdasarkan uraian di atas, adab retorika dakwah dapat didefinisikan sebagai aturan yang mengatur tentang kesopanan, keramahan, dan budi pekerti dalam berbicara untuk mengajak orang berbuat baik. Ini berlaku bagi orator atau dai dalam berdakwah.

Adab retorika dakwah juga mencakup aturan tentang perilaku yang baik dan buruk yang harus dipegang teguh oleh dai atau orator saat berdakwah atau berpidato.

Selain itu, adab retorika dakwah mencerminkan respons baik dan buruk dari dai atau orator dalam segala media, seperti panggung, mimbar (media tradisional), radio, televisi (media konvensional), serta platform media sosial (new media).

Dai dan orator akan mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari netizen jika mereka mempraktikkan adab retorika dakwah dengan baik. Sebaliknya, jika mengabaikannya, mereka mungkin mendapat kritik dan celaan yang lebih pedas di dunia digital.

Meskipun menyampaikan pesan dakwah secara efektif, persuasif, dan informatif adalah penting, namun menjaga kesopanan, keramahan, dan budi pekerti dalam seluruh proses tersebut jauh lebih krusial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun