Mohon tunggu...
Billy Tambunan
Billy Tambunan Mohon Tunggu... Psikolog - Universitas Kristen Satya Wacana

Saya seorang Sarjana Psikologi yang lulus pada 10, Mei, 2022. Nama lengkap saya Billy Tambunan, saya memiliki hobi nge-gym, petualangan, dan menonton film. Saya suka dengan hal-hal baru yang bisa dipelajari, baik itu terkait dengan hoby atau pekerjaan. Saya suka membagikan tips dan trick kepada teman-teman saya tentang pendekatan kepada pria/wanita. Pengalaman yang saya dapatkan cukup berharga untuk teman, maupun orang lain terkait relationship. Hal-hal itu membuat saya senang, jika teman-teman maupun orang lain mengalami kemajuan atas pengalaman yang saya bagikan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Harga BBM Non-Subsidi Turun? Bagaimana dengan yang Bersubsidi?

18 September 2022   21:34 Diperbarui: 18 September 2022   22:26 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yuk mari kita simak...

Pada tanggal 3 September 2022 PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi dan non-subsidi, yaitu pertalite, solar dan pertamax. Namun 2 hari sebelumnya tanggal 1 September 2022, penurunan harga BBM non-subsidi yaitu Pertamax Turbo (RON 98) dari Rp17.900-Rp18.600 menjadi Rp15.900-Rp16.600 (per liter), sedangkan Dexlite Rp.17.800-Rp18.500 menjadi Rp17.100-Rp17.800, dan Pertamina Dex Rp18.900-Rp19.600 menjadi Rp.17.400-Rp18.100. 

Perbedaan harga  dikarenakan perbedaan tempat, antara provinsi satu atau daerah satu dan lainnya. Harga BBM antara Pertamina dan Shell mengalami perbedaan, untuk Pertamina harga RON 98 Rp15.900-Rp16.600 (Pertamina), untuk Shell harga RON 98 Rp16.150(Shell), CN51 Rp17.100-Rp17.800(Pertamina), CN51 Rp.18.310(Shell), CN53 Rp.17.400-Rp18.100(Pertamina), CN53 Rp17.990-Rp18.380 (Shell).

Alasan penurunan BBM Non-Subsidi turun, karena harga minyak mentah dunia turun dan dorong masyarakat pakai BBM berkualitas. Pemerintah menaikan dan menurunkan harga minyak dengan sangat hati-hati, dikarenakan jika pemerintah mensubsidi secara berlebihan justru APBN negara menurun, namun jika pemerintah menaikkan lagi harga BBM subsidi maka rakyat akan menjerit/menderita. 

Bukan hal yang mudah bagi pemerintah dalam situasi ini, maka sangat hati-hati bagi pemerintah untuk menghitung kenaikan atau penurunan harga BBM.

Indonesia banyak mengimpor BBM dari Singapura, namun menyedihkannya adalah sebagian yang diimpor dari Singapura itu berasal dari eksploitasi sumur-sumur minyak yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi karena kilang minyak di Indonesia tidak mampu menampung seluruh produksi minyak mentah di NKRI ini. 

Sehingga, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) atau perusahaan pengeboran minyak terpaksa menjual minyak mentah ke Singapore.

Sampai saat ini 18 September 2022 belum ada perubahan kembali dengan harga minyak, mari kita tunggu hasil kebijakan yang baru dari pemerintah dengan perhitungan yang matang. 


liputan6.com
liputan6.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun