Gagasan untuk memasukkan serangga sebagai salah satu menu dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang disampaikan oleh Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, telah memicu perdebatan di kalangan masyarakat belakangan ini.
Salah satu kritik datang dari dr. Tifauzia Tyassumah, seorang dokter sekaligus pegiat media sosial, yang dikenal sebagai Dokter Tifa, yang mempertanyakan apakah kondisi Indonesia telah sedemikian buruk, sehingga anak-anak sekolah perlu mengonsumsi serangga sebagai bagian dari menu mereka.
Lebih lanjut, Dokter Tifa menegaskan bahwa, diperlukan penelitian mendalam, serta analisis dari berbagai perspektif sebelum menetapkan serangga sebagai menu dalam Program MBG.
Hemat saya, wacana ini, seharusnya, tidak langsung ditanggapi secara negatif. Sebaliknya, usulan tersebut perlu dilihat dari sudut pandang yang positif, mengingat Indonesia memiliki kekayaan kuliner lokal dengan kandungan protein tinggi, yang berpotensi dijadikan menu dalam Program MBG.
Saya sepakat dengan pandangan Dadan bahwa, sumber protein di setiap daerah tidak perlu uniform. Dengan demikian, menu MBG dapat disesuaikan berdasarkan sumber daya lokal yang tersedia di masing-masing wilayah.
Di Maluku, misalnya, salah satu sumber protein lokal yang menarik untuk dibahas adalah ulat sagu. Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi potensi ulat sagu sebagai menu MBG di Maluku dari tiga aspek utama, yakni: nilai gizi, ketersediaan dan keberlanjutan, serta penerimaan sosial dan budaya.
Nilai Gizi Ulat Sagu
Ulat sagu merupakan salah satu sumber protein yang tinggi dan telah lama dikonsumsi oleh masyarakat Maluku dan Papua.
Berdasarkan penelitian, ulat sagu mengandung protein berkisar antara 9--11 gram per 100 gram, serta kaya akan lemak sehat, vitamin, dan mineral seperti zat besi, kalsium, dan magnesium.
Kandungan nutrisinya menjadikan ulat sagu sebagai makanan yang mampu memenuhi kebutuhan energi dan protein harian, terutama bagi anak-anak yang berada dalam masa pertumbuhan.
Selain protein, ulat sagu, juga mengandung asam lemak esensial yang penting untuk perkembangan otak dan sistem saraf.