Siapa dari Anda yang pernah melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan? Pemandangan apa yang paling mencolok di sana?
Ya, apalagi kalau bukan tiang-tiang beton bekas proyek monorel yang mangkrak sejak 2007. Tiang-tiang beton yang dibangun 2004 itu, kini menjadi perhatian publik.
Dengan posisi strategis di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, dan Jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat, tiang-tiang ini dianggap sebagai simbol gagalnya proyek transportasi di Ibu Kota.
Namun, ada peluang untuk mengubah narasi tersebut melalui pengalihan fungsi tiang menjadi jalur sepeda.
Meski demikian, usulan ini menuai pro dan kontra, termasuk opsi untuk membongkar tiang demi alasan estetika.
Dalam konteks pembangunan kota yang berkelanjutan, isu ini relevan untuk dibahas lebih dalam.
Tulisan ini, akan mengupas tiga poin utama terkait usulan pemanfaatan atau pembongkaran tiang monorel, dengan menekankan pentingnya pendekatan yang mendukung keberlanjutan kota.
Ketiga poin yang dimaksud ialah: pemanfaatan tiang monorel sebagai jalur sepeda, wacana untuk membongkar tiang monorel, dan pembangunan kota yang berkelanjutan.
Pemanfaatan Tiang Monorel sebagai Jalur Sepeda
Salah satu ide yang mencuat adalah mengubah tiang-tiang monorel menjadi jalur sepeda.