Jarum jam menunjukkan pukul 16.00 WIB saat KM Nggapulu perlahan merapat ke Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Dari dek kapal, kami melihat kesibukan pelabuhan yang tak pernah surut. Bahkan sebelum bersandar, kapal kami sempat berpapasan dengan kapal barang besar, Cosco Shipping, yang sarat dengan kontainer.
Entah apa isi kontainernya atau ke mana tujuannya, tetapi melihat ukurannya saja sudah cukup membuat kami kagum.
Pelabuhan Tanjung Perak dikenal sebagai salah satu pelabuhan tersibuk di Indonesia, hampir menyerupai Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta.
Di sini, kapal-kapal barang raksasa berlabuh, bersanding dengan kapal pesiar megah yang rutin singgah. Aktivitas tak henti-henti, seperti mesin raksasa yang terus bekerja.
Dari pengeras suara kapal, kami mendengar pengumuman bahwa KM Nggapulu akan berlayar lagi pukul 21.00 WIB menuju Makassar.
Itu berarti kami punya waktu sekitar lima jam untuk menikmati suasana pelabuhan sambil menunggu bongkar-muat barang dan penumpang.
Kontainer besar diturunkan di bagian depan kapal, sementara para penumpang baru akan naik melalui tangga di sisi kiri.
Saya sempat berpikir untuk bertemu teman Kompasianer, Agus Sugiarta, yang kebetulan tinggal di Surabaya. Namun, sayang sekali, dia sedang berada di Malang.
Akhirnya, saya dan istri memutuskan turun sebentar untuk membeli jajanan dan buah segar di sekitar pelabuhan.