Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

27 Jam Berlayar Akhirnya Tiba di Pelabuhan Penumpang Anging Mammiri Makassar

28 Desember 2024   00:20 Diperbarui: 28 Desember 2024   00:42 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelabuhan Penumpang Anging Mammiri pada malam hari | Sumber: Dokumen pribadi/Billy Steven Kaitjily

Karena pengalaman buruk kehilangan barang di Pelabuhan Makassar beberapa tahun lalu, kali ini kami bergantian turun.

Istri saya turun lebih dulu, lalu saya menyusul. Barang bawaan kami tetap dijaga di kapal agar tak ada yang hilang.

Ternyata, suasana pelabuhan sore itu sangat hidup---penjual buah, makanan, dan suvenir memenuhi area. Kami membeli beberapa camilan dan buah segar untuk bekal perjalanan panjang.

Sekitar satu jam sebelum kapal berangkat, kami kembali ke atas kapal. Penumpang baru sudah mulai berdatangan.

Saya sempat berbincang dengan salah satu penumpang yang akan turun di Ternate. Ada juga yang tujuan akhirnya Bau-Bau. Percakapan ringan seperti ini selalu memberi warna baru dalam perjalanan.

Pluit tanda keberangkatan kapal berbunyi tiga kali, menandai KM Nggapulu siap berlayar. Kapal perlahan meninggalkan Pelabuhan Tanjung Perak, membawa kami menuju destinasi berikutnya, Pelabuhan Makassar.

Menurut jadwal, KM Nggapulu direncanakan tiba pada pukul 03.00 WIT di Makassar.

Malam itu, untuk mengusir kebosanan, saya dan istri bermain game di ponsel. Kami juga sempat menonton beberapa episode drama Korea yang telah kami unduh sebelumnya.

Namun, harus diakui, kebanyakan waktu kami dihabiskan untuk makan dan tidur. Tidak banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan, dan kami menikmati rutinitas sederhana ini.

Saya memang tidak membawa buku fisik dalam perjalanan kali ini karena koper dan ransel kami sudah penuh. Namun, untungnya, saya menyimpan beberapa buku elektronik di ponsel.

Membaca di tengah gemuruh ombak laut ternyata memberi pengalaman yang berbeda---tenang, namun penuh makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun