Karena pengalaman buruk kehilangan barang di Pelabuhan Makassar beberapa tahun lalu, kali ini kami bergantian turun.
Istri saya turun lebih dulu, lalu saya menyusul. Barang bawaan kami tetap dijaga di kapal agar tak ada yang hilang.
Ternyata, suasana pelabuhan sore itu sangat hidup---penjual buah, makanan, dan suvenir memenuhi area. Kami membeli beberapa camilan dan buah segar untuk bekal perjalanan panjang.
Sekitar satu jam sebelum kapal berangkat, kami kembali ke atas kapal. Penumpang baru sudah mulai berdatangan.
Saya sempat berbincang dengan salah satu penumpang yang akan turun di Ternate. Ada juga yang tujuan akhirnya Bau-Bau. Percakapan ringan seperti ini selalu memberi warna baru dalam perjalanan.
Pluit tanda keberangkatan kapal berbunyi tiga kali, menandai KM Nggapulu siap berlayar. Kapal perlahan meninggalkan Pelabuhan Tanjung Perak, membawa kami menuju destinasi berikutnya, Pelabuhan Makassar.
Menurut jadwal, KM Nggapulu direncanakan tiba pada pukul 03.00 WIT di Makassar.
Malam itu, untuk mengusir kebosanan, saya dan istri bermain game di ponsel. Kami juga sempat menonton beberapa episode drama Korea yang telah kami unduh sebelumnya.
Namun, harus diakui, kebanyakan waktu kami dihabiskan untuk makan dan tidur. Tidak banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan, dan kami menikmati rutinitas sederhana ini.
Saya memang tidak membawa buku fisik dalam perjalanan kali ini karena koper dan ransel kami sudah penuh. Namun, untungnya, saya menyimpan beberapa buku elektronik di ponsel.
Membaca di tengah gemuruh ombak laut ternyata memberi pengalaman yang berbeda---tenang, namun penuh makna.