Liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru 2024) kali ini, saya dan istri memutuskan untuk pulang kampung ke Saparua, Maluku Tengah.
Setelah dua tahun menikah, akhirnya kami bisa pulang ke kampung halaman, bertemu keluarga, dan menikmati suasana pulau yang tenang.
Tapi, perjalanan panjang ini dimulai dari Jakarta, dengan segala keramaian dan keunikannya.
Pagi itu, kami memulai perjalanan dari Halte Pasar Rumput, Jakarta Selatan. Matahari baru saja naik, dan udara pagi Jakarta masih terasa segar, meski hiruk-pikuk kota mulai terasa.
Kami naik Transjakarta menuju Stasiun Manggarai sekitar pukul 8.30. Seperti biasa, Stasiun Manggarai tetap ramai oleh penumpang meskipun hari libur.
Setelah menempel kartu pada mesin tapping, kami langsung naik KRL Commuter Line ke Stasiun Jakarta Kota. Setibanya di Stasiun Jakarta Kota, kami berpindah kereta ke arah Stasiun Tanjung Priok.
Perjalanan dari Jakarta Kota ke Tanjung Priok hanya memakan waktu sekitar 16 menit, namun cukup untuk kami menikmati pemandangan kota Jakarta yang perlahan berganti dengan suasana pelabuhan.
Cuaca hari itu cerah berawan, tapi di dalam hati kami tetap ada sedikit kekhawatiran. Maklum, Tanjung Priok langganan banjir jika hujan deras turun, apalagi beberapa hari sebelumnya sempat ada banjir rob yang mengganggu operasional kereta ke arah stasiun ini.
Syukurlah, kereta yang kami naiki berjalan mulus di atas rel yang kering. Rasanya lega, mengingat perjalanan ini punya jadwal yang cukup ketat.
Dari Stasiun Tanjung Priok, kami berencana naik Grab mobil ke Pelabuhan Penumpang Tanjung Priok, lalu melanjutkan perjalanan dengan kapal KM.Nggapulu yang dijadwalkan berangkat pukul 15.00 WIB menuju Pelabuhan Yusodarso Ambon.
Namun, seperti biasa, perjalanan tidak pernah lepas dari kejadian tak terduga. Saat kami hendak keluar dari kereta di Stasiun Tanjung Priok, istri saya tiba-tiba tersadar kalau charger handphonenya tertinggal di rumah.
Charger itu penting karena perjalanan ke Ambon dan Saparua akan memakan waktu berhari-hari, dan kami pasti akan butuh handphone untuk komunikasi dan hiburan di tengah laut.Â
Setelah diskusi singkat, kami memutuskan bahwa istri saya akan kembali ke rumah untuk mengambil charger, sementara saya menunggu di ruang tunggu stasiun sambil menjaga barang bawaan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB, dan kami sepakat bahwa sebelum pukul 12.00, istri saya harus sudah berada di St.Tanjung Priok untuk memastikan tidak ketinggalan kapal.
Artinya, istri saya hanya punya waktu kurang lebih dua jam untuk pulang pergi.
Sambil menunggu di ruang tunggu, saya berusaha tetap tenang, meski pikiran terus mengingatkan pada jadwal keberangkatan kapal.
Bagaimana jika macet? Bagaimana kalau hujan? Bagaimana jika ada kendala lain?
Tapi di sisi lain, saya yakin istri saya bisa mengatur waktu dengan baik. Buktinya, pada pukul 11.00 , dia memberi kabar kalau dia sudah dapat chargernya dan sedang menunggu Transjakata di halte Pasar Rumput.
Melihat suasana di Stasiun Tanjung Priok, saya tidak bisa menahan rasa kagum. Meski ini adalah salah satu stasiun di area pelabuhan, kebersihannya terjaga dengan baik, dan fasilitasnya cukup lengkap.
Suasana pelabuhan yang dekat juga mulai terasa. Beberapa penumpang terlihat membawa barang-barang besar, mungkin koper atau kardus untuk perjalanan jauh seperti kami. Beberapa penumpang sedang menunggu kereta di ruang tunggu.
Waktu terasa berjalan lambat, tapi akhirnya istri saya memberi kabar bahwa dia sudah berada di St.Jakarta Kota. Sekitar pukul 12.36, dia datang dengan charger di tangannya dan wajah lega karena berhasil menyelesaikan "misi".Â
Meskipun telat 36 menit dari kesepakatan awal, kami merasa masih punya cukup waktu menuju pelabuhan dan mencetak tiket.Â
Tanpa buang-buang waktu, kami segera naik ojek dan melanjutkan perjalanan ke pelabuhan penumpang yang kurang lebih 10 menit perjalanan.
Saat itu, saya menyadari sesuatu yang penting: perjalanan ini memang penuh tantangan, tapi justru di situlah letak keseruannya.
Dari momen panik karena charger tertinggal, hingga menunggu dengan harap-harap cemas di stasiun, semua itu menjadi bagian dari cerita yang akan kami kenang.
Dan akhirnya, ketika kami sampai di pelabuhan tepat pukul 13.00, kami merasa lega sekaligus bersemangat untuk melanjutkan petualangan panjang ke Ambon dan Saparua.
Perjalanan kami baru saja dimulai, dan saya yakin masih banyak cerita menarik yang menanti di depan. Nantikan cerita kami berikutnya, ya gaes! Selamat berlibur juga buat kalian.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H