Di tengah hiruk-pikuk Jakarta, salah satu pemandangan yang lazim ditemui di komplek perumahan adalah kantong plastik berisi sampah rumah tangga yang tergantung di pagar rumah.
Bagi pendatang baru, mungkin Anda akan terkejut dan penasaran melihat kantong sampah berjejeran tergantung di sepanjang pagar rumah.
Kebiasaan ini telah menjadi bagian dari keseharian warga Ibu Kota, terutama di wilayah pemukiman padat. Namun, apakah praktik ini benar-benar solusi praktis atau justru menimbulkan masalah baru?
Tulisan ini akan membahas tiga poin penting: alasan di balik kebiasaan ini, dampak yang mungkin ditimbulkan, serta peran RT/RW dalam mengelola permasalahan sampah secara lebih baik.
Mengapa Warga Jakarta Memilih Menggantung Plastik Sampah di Pagar?
Kebiasaan menggantung plastik sampah bukan tanpa alasan, tentu saja. Beberapa faktor utama yang memengaruhi praktik ini antara lain sebagai berikut.
Pertama, efisiensi penjemputan sampah. Di banyak komplek perumahan, penjemputan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan atau pemulung pada jam tertentu.
Menggantung kantong plastik di depan rumah mempermudah akses bagi mereka tanpa harus masuk ke halaman rumah atau mengetuk pintu. Praktik ini dianggap efisien, baik untuk penghuni rumah maupun petugas kebersihan.
Kedua, praktis bagi warga. Tidak semua rumah memiliki tempat sampah khusus di luar rumah. Menggantung kantong plastik menjadi solusi sementara untuk menjaga kebersihan di dalam rumah, sekaligus mempermudah proses pembuangan sampah.
Ketiga, kurangnya fasilitas pengelolaan sampah. Dalam beberapa kasus, komplek perumahan tidak menyediakan tempat sampah bersama yang memadai.
Sebagai alternatif, warga menggantung sampah mereka di depan rumah masing-masing. Hal ini juga dipengaruhi oleh minimnya sistem pengelolaan sampah terpadu di tingkat lokal.