Isu tentang perubahan iklim dan dampaknya terhadap pesisir utara Jakarta semakin mendapat perhatian dunia, terutama terkait dengan kenaikan permukaan laut dan penurunan tanah (subsidence) yang semakin parah.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, berbagai solusi untuk mengatasi masalah ini mulai bermunculan, dan salah satunya adalah proyek Giant Sea Wall yang kini sedang digarap oleh Kementerian PUPR dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.
Giant Sea Wall sendiri adalah proyek pembangunan tembok laut raksasa yang direncanakan membentang di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa termasuk Jakarta.
Tembok ini bertujuan untuk memisahkan lahan dari air laut, sekaligus mencegah terjadinya erosi dan kerusakan yang ditimbulkan oleh gelombang laut.
Proyek ini mengusung tujuan yang besar, yaitu untuk melindungi wilayah Jakarta dari ancaman kenaikan permukaan laut yang semakin mendesak.
Menurut data dari Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR, Giant Sea Wall dirancang untuk mengatasi dua masalah besar yang mengancam pesisir Jakarta, yakni banjir rob dan penurunan permukaan tanah.
Kedua masalah tersebut sudah cukup lama mengganggu kehidupan masyarakat di sekitar pantai utara Jakarta, dan kini, dengan proyek besar ini, harapan muncul untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Proyek ini mendapatkan sorotan setelah disebutkan oleh presiden Prabowo Subianto dalam seminar nasional pada Januari lalu dan mendapat dukungan dari calon-calon gubernur dalam debat ketiga pada 17 November 2024.
Tetapi, pertanyaannya adalah apakah Giant Sea Wall ini benar-benar bisa menjadi solusi efektif untuk masalah yang dihadapi pesisir utara Jakarta? Mari kita melihatnya lebih dekat.
Mengapa Giant Sea Wall Diperlukan di Pesisir Utara Jakarta?