Selain itu, pemantauan jalan secara rutin dapat dilakukan dengan mengadopsi teknologi seperti sistem pemantauan berbasis GIS (Geographic Information System), yang memungkinkan pemetaan area jalan yang membutuhkan perbaikan secara cepat dan akurat.
Kedua, peningkatan kualitas material.Â
Salah satu penyebab utama kerusakan jalan adalah penggunaan material yang tidak tahan terhadap cuaca ekstrem, terutama di daerah dengan intensitas hujan tinggi seperti Jakarta.
Oleh karena itu, Dinas Bina Marga perlu mempertimbangkan penggunaan material yang lebih tahan lama dan memiliki daya serap yang lebih baik terhadap air.
Beberapa material, seperti beton berpori atau campuran aspal yang tahan terhadap abrasi dan erosi, dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengurangi frekuensi kerusakan jalan.
Selain itu, pemilihan material berkualitas tinggi juga dapat mengurangi biaya perbaikan jalan di masa depan, sehingga anggaran pemeliharaan dapat dialokasikan dengan lebih efektif.
Ketiga, pemasangan drainase yang baik.Â
Drainase yang memadai adalah kunci untuk mencegah genangan air di jalan, yang sering menjadi pemicu utama kerusakan jalan. Dinas Bina Marga perlu memastikan bahwa, setiap jalan memiliki saluran drainase yang berfungsi dengan baik, terutama di titik-titik rawan banjir.
Pemasangan drainase yang efektif tidak hanya akan memperpanjang usia jalan, tetapi juga mencegah risiko genangan air yang dapat membahayakan pengendara.
Selain itu, pemeliharaan saluran drainase harus rutin dilakukan untuk memastikan tidak ada sumbatan yang menghambat aliran air.
Pengerukan sungai dan kanal di area sekitar, juga harus menjadi bagian dari upaya pencegahan banjir yang dapat merusak jalan. Dalam beberapa kasus, jalan di dekat sungai retak karena tembok pembatas sungai (turap) miring pasca banjir. Saat miring, jalan di sekitarnya menjadi tertarik.