Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Strategi Visioner Ridwan Kamil untuk Menghidupkan Kembali Pasar Tanah Abang

30 Oktober 2024   07:10 Diperbarui: 30 Oktober 2024   07:17 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasar Tanah Abang adalah sebuah kawasan perdagangan legendaris di Jakarta. Dulunya ia adalah salah satu pusat ekonomi utama yang menggeliat sepanjang waktu.

Namun, seiring perkembangan zaman dan munculnya pergeseran pola belanja masyarakat, Pasar Tanah Abang kini mengalami tantangan baru: menurunnya jumlah pembeli secara signifikan.

Ridwan Kamil, sosok yang dikenal sukses memimpin Kota Bandung, kini berjanji untuk menghidupkan kembali semangat Pasar Tanah Abang, apabila terpilih menjadi Gubernur Jakarta.

Dengan visi menjadikan Jakarta sebagai kota festival yang ramai dan dinamis, Ridwan Kamil telah menyusun serangkaian strategi untuk mengembalikan kejayaan pasar ini.

Tulisan ini akan menyoroti tiga hal penting: pertama, mengapa Pasar Tanah Abang sepi pembeli? Kedua, apa strategi Ridwan Kamil untuk menghidupan Tanah Abang? Dan ketiga, keutungan seperti apa yang bakal dirasakan oleh pedagang Tanah Abang?

Mengapa Pasar Tanah Abang Kini Sepi Pembeli?

Pasar Tanah Abang adalah simbol perdagangan Jakarta yang telah berdiri sejak lama. Berbagai jenis kain, pakaian, dan barang-barang lainnya dijajakan di sini dengan harga terjangkau, menarik pembeli dari dalam hingga luar kota.

Namun, dengan berkembangnya teknologi dan gaya hidup masyarakat, Tanah Abang mulai kehilangan pesonanya.

Alasan utama menurunnya jumlah pembeli adalah perubahan perilaku belanja masyarakat. Kini, masyarakat cenderung beralih ke belanja daring yang menawarkan kemudahan dan kenyamanan.

Mereka tidak perlu repot menembus kemacetan Jakarta, mencari tempat parkir, atau berdesak-desakan untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Dalam satu klik, barang bisa sampai ke depan pintu rumah.

Selain itu, banyaknya mal dan pusat perbelanjaan modern juga menjadi tantangan tersendiri bagi pasar tradisional seperti Tanah Abang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun