Saya menyaksikan sendiri kondisi sungai, laut, hutan mangrove, dan kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Semua itu, membuka mata saya, betapa pentingnya menulis untuk mengedukasi dan menginspirasi masyarakat Jakarta.
Salah satu pengalaman yang paling berkesan adalah ketika saya mengunjungi Kampung Nelayan di Cilincing, Jakarta Utara.
Saya dikejutkan oleh pemandangan yang memilukan: masyarakat nelayan yang hidup di tengah tumpukan sampah plastik.
Laut yang menjadi sumber penghidupan mereka, penuh dengan limbah sampah yang mencemari.
Melalui opini-opini saya di Kompasiana, saya berusaha mengajak masyarakat dan pemerintah untuk lebih peduli terhadap lingkungan Jakarta.
Jika pencalonan ini adalah wujud apresiasi atas usaha saya dalam mengangkat kesadaran tentang lingkungan yang berkelanjutan, saya menerimanya dengan penuh rasa syukur.
Saya menyadari bahwa, banyak Kompasianer lainnya juga menulis tentang isu SDGs, namun pencalonan ini menjadi pengingat bahwa setiap kontribusi, sekecil apapun, dapat berdampak besar.
Saya anggap pencalonan ini bukan sekadar prestasi pribadi, tetapi sebagai tanda bahwa tulisan-tulisan saya, meski mungkin terasa biasa saja bagi saya sendiri, memiliki kekuatan untuk menyentuh dan mempengaruhi orang lain.
Ini adalah bukti nyata bahwa, apa yang kita lakukan, jika dilakukan dengan hati yang tulus, bisa membawa perubahan.
Sebagai langkah awal, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman Kompasianer yang telah mencalonkan saya.