Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Senang traveling dan tertarik dengan isu-isu Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Hindari Cemburu Kakak: Strategi Efektif Sambut Kehadiran Adik dalam Keluarga

28 September 2024   17:20 Diperbarui: 28 September 2024   19:46 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Adik dan kakak | Sumber gambar: pixabay.com/AnnieSpratt

Sebagai orang tua, menghadirkan anggota baru dalam keluarga, tentu membawa kebahagiaan tersendiri. Namun, bagi anak pertama, kehadiran adik baru bisa menjadi pengalaman yang membingungkan dan mengubah rutinitas mereka.

Inilah pentingnya komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dalam mempersiapkan kedatangan anggota keluarga baru.

Kebetulan, kami memiliki tetangga yang sudah memiliki dua anak. Sebelum anak kedua lahir, tetangga kami tampak tidak terlalu memikirkan dampak psikologis yang mungkin dialami oleh anak pertama mereka.

Mereka tidak mengkomunikasikan kepada anak pertama bahwa ia akan memiliki seorang adik. Hal ini menyebabkan si kakak merasa bingung dan tidak siap menghadapi kehadiran adiknya.

Ketika si adik lahir, si kakak sering bertanya, "Siapa dia?"---sebuah pertanyaan sederhana yang menunjukkan ketidaksiapannya menerima anggota baru dalam keluarganya.

Dia merasa asing dengan kehadiran bayi kecil yang tiba-tiba mengambil perhatian orang tuanya. Ini memberikan pelajaran penting bagi kami bahwa peran komunikasi sangatlah krusial dalam proses ini.

Tulisan ini akan menyoroti dampak ketidaksiapan anak pertama dalam menyambut adik baru, serta strategi efektif orang tua dalam mempersiapkan anak pertama menyambut adik baru.

Dampak Ketidaksiapan Kakak: Perilaku Agresif dan Rasa Terpinggirkan

Dampak kurangnya komunikasi ini segera terlihat seiring bertambahnya usia si adik. Si kakak mulai menunjukkan perilaku agresif terhadap adiknya.

Ia sering memukul adiknya, mungkin sebagai bentuk protes karena merasa tersaingi atau diabaikan.

Hal ini tidak hanya merusak hubungan antara kakak dan adik, tetapi juga menciptakan ketegangan dalam keluarga.

Selain itu, kami melihat bahwa perhatian orang tua lebih banyak tertuju kepada si adik, yang memerlukan perawatan lebih intensif.

Hal ini memperparah perasaan si kakak yang merasa tidak lagi menjadi pusat perhatian seperti sebelumnya. Ia sering kali menjadi luapan emosi orang tua ketika lelah atau frustasi dengan tanggung jawab baru mereka.

Kami bahkan pernah mendengar si kakak mengaku kepada kedua orang tuanya bahwa ia tidak memiliki adik.

Pernyataan ini menunjukkan adanya penolakan emosional yang mungkin timbul karena ketidaksiapan dan kurangnya perhatian yang diterimanya setelah adiknya lahir.

Ia tidak pernah diberi kesempatan untuk benar-benar menerima dan menyadari peran barunya sebagai kakak.

Dari pengalaman tetangga kami tersebut, jelas bahwa komunikasi adalah kunci untuk membantu anak pertama memahami dan menerima peran barunya.

Anak pertama biasanya terbiasa mendapatkan seluruh perhatian dan kasih sayang dari orang tua, sehingga kehadiran adik bisa menjadi ancaman bagi rasa aman dan posisinya dalam keluarga.

Mengkomunikasikan rencana menambah anggota keluarga jauh sebelum kelahiran si adik dapat membantu si kakak mempersiapkan diri secara emosional.

Orang tua bisa menggunakan cara yang kreatif dan sesuai dengan usia anak untuk menjelaskan bahwa mereka akan memiliki seorang adik baru.

Misalnya, bisa menggunakan cerita atau bermain peran, yang memberikan gambaran kepada anak tentang apa yang akan terjadi ketika ia punya adik baru.

Selain itu, mengajarkan konsep berbagi dan bekerja sama sebelum kelahiran adik juga bisa meminimalisir konflik yang mungkin timbul di masa depan.

Anak pertama perlu memahami bahwa kehadiran adik bukan berarti ia akan kehilangan perhatian orang tua, tetapi justru akan mendapatkan seorang teman yang bisa diajak bermain dan belajar bersama.

Strategi Efektif Mempersiapkan Anak Pertama Menyambut Adik

Berikut adalah beberapa strategi yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mempersiapkan anak pertama menyambut kehadiran adik.

Pertama, melibatkan anak dalam proses kehamilan. Orang tua bisa melibatkan anak pertama dalam perjalanan kehamilan.

Misalnya, mengajaknya ke dokter kandungan, menunjukkan hasil USG, atau membiarkan anak ikut memilih barang-barang untuk adiknya.

Hal ini dapat membuat anak merasa menjadi bagian dari proses tersebut dan lebih siap untuk menerima adiknya kelak.

Kedua, mengajarkan konsep berbagi. Orang tua bisa mulai mengajarkan anak pertama untuk berbagi sebelum adiknya lahir.

Ini akan membantunya memahami bahwa ada hal-hal yang harus dibagi, termasuk perhatian orang tua.

Ketiga, memberikan waktu khusus untuk anak pertama. Setelah si adik lahir, orang tua perlu memastikan bahwa si kakak masih mendapatkan perhatian yang cukup.

Misalnya, menyisihkan waktu khusus untuk bermain atau melakukan aktivitas bersama kakak tanpa melibatkan adik, sehingga si kakak tidak merasa diabaikan.

Keempat, menjelaskan peran baru kakak. Orang tua juga bisa membantu anak pertama memahami peran barunya sebagai kakak.

Beri tahu bahwa menjadi kakak adalah tanggung jawab yang penting, seperti menjaga dan menyayangi adiknya. Ini akan membuat si kakak merasa dihargai dan lebih siap menjalani peran barunya.

Salah satu hal yang sering kali tidak disadari oleh orang tua adalah perlakuan yang berbeda terhadap kakak dan adik.

Meskipun bayi membutuhkan perhatian lebih banyak, orang tua perlu bijak dalam membagi waktu dan perhatian antara kakak dan adik.

Jika si kakak merasa bahwa adiknya selalu mendapatkan perhatian yang lebih, ia mungkin akan merasa cemburu dan terpinggirkan.

Kami melihat fenomena ini pada tetangga kami, di mana si kakak merasa sering diabaikan dan dimarahi, sementara adiknya selalu mendapatkan perhatian lebih.

Ini adalah salah satu penyebab utama mengapa si kakak menunjukkan perilaku agresif dan kasar terhadap adiknya.

Untuk menghindari hal ini, orang tua perlu berusaha adil dalam memberikan perhatian kepada kedua anaknya, meskipun adik masih dalam usia yang memerlukan banyak perawatan.

Penutup

Sebagai penutup: Pengalaman tetangga kami memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya komunikasi yang baik dalam mempersiapkan anak pertama menyambut kehadiran adik.

Ketidaksiapan anak pertama tidak hanya dapat menyebabkan perilaku agresif, tetapi juga merusak hubungan dalam keluarga.

Oleh karena itu, komunikasi yang jelas, empati, dan perhatian yang seimbang adalah kunci utama untuk menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis ketika menyambut anggota baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun