Kesehatan mental atau sebutan lainnya kesehatan jiwa adalah isu yang semakin mendapat perhatian dalam masyarakat modern.
Namun, di banyak komunitas gereja, masih ada stigma yang kuat terhadap orang-orang yang mengalami masalah kesehatan mental.
Gereja, sebagai tempat yang seharusnya menjadi rumah bagi semua orang, memiliki tanggung jawab besar untuk mendukung jemaat yang berjuang dengan kondisi mental mereka.
Beberapa jenis gangguan mental yang umum terjadi antara lain depresi, gangguan bipolar, kecemasan, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan psikosis.
Berikut adalah langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan oleh gereja untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental jemaat.
Pertama, Hentikan Stigma terhadap Kondisi Mental
Salah satu hambatan terbesar dalam penanganan masalah kesehatan mental adalah stigma yang melekat pada orang-orang yang mengalaminya.
Di beberapa komunitas gereja, masih ada anggapan bahwa masalah mental terkait dengan kurangnya iman, dosa, atau bahkan pengaruh roh jahat.
Persepsi ini tidak hanya salah, tetapi juga sangat merugikan. Gereja perlu mengubah narasi ini dengan mengedukasi jemaat tentang kesehatan mental sebagai bagian dari kesejahteraan manusia yang utuh, bukan sebagai tanda kelemahan atau kurangnya iman.
Kedua, Sediakan Akses terhadap Layanan Kesehatan Mental
Gereja dapat memainkan peran penting dalam menyediakan akses ke layanan kesehatan mental. Salah satu cara praktis adalah dengan menyediakan informasi kontak psikolog atau psikiater yang dapat dihubungi oleh jemaat yang membutuhkan.
Selain itu, gereja bisa mempertimbangkan untuk menjalin kemitraan dengan profesional kesehatan mental untuk memberikan konseling atau sesi dukungan di lingkungan gereja.