Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Narablog

Senang traveling dan senang menulis topik seputar Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena KDRT di Usia Muda, Ketidakmatangan Emosional atau Tekanan Sosial?

17 Agustus 2024   10:00 Diperbarui: 17 Agustus 2024   10:12 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu, publik dihebohkan dengan kasus KDRT yang menimpa selegram berinisial "IN" (23 tahun).

Diketahui, IN mendapat perlakuan kasar berupa pukulan dari sang suami berinisial "AT" (26 tahun). Video tentang KDRT itu diunggah oleh sang istri di Instagram miliknya.

Dalam caption, IN menulis bahwa selama ini ia bertahan demi anak dan menutupi semua kelakuan buruk sang suami AT, mulai dari KDRT hingga perselingkuhan.

Menurutnya pengakuan IN, dirinya mengalami KDRT bukan baru satu kali, tetapi sudah berulang kali sejak tahun 2020.

Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi pada pasangan muda ini mencerminkan fenomena yang memprihatinkan.

Meski usia pernikahan mereka baru lima tahun, sang suami sudah melakukan kekerasan fisik terhadap istrinya sebanyak lima kali sejak tahun 2020.

Ini menunjukkan adanya masalah mendasar dalam hubungan mereka yang mungkin dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk ketidakmatangan emosional, ketidaksiapan mental, dan tekanan sosial yang dihadapi pasangan muda.

Tulisan ini hendak menyoroti faktor-faktor penyebab terjadinya KDRT pada pasangan muda, dan sejumlah saran untuk pasangan yang akan menikah muda.

Faktor Penyebab KDRT pada Pasangan Muda

Pertama, ketidakmatangan emosional dan psikologis. Pasangan yang menikah pada usia muda sering kali belum sepenuhnya matang secara emosional dan psikologis.

Mereka mungkin belum siap menghadapi tantangan hidup bersama, termasuk perbedaan pendapat dan konflik yang sering terjadi dalam pernikahan.

Ketidakmatangan ini dapat memicu reaksi yang berlebihan, termasuk penggunaan kekerasan sebagai bentuk pelampiasan frustrasi atau ketidakpuasan.

Kedua, kurangnya pengalaman hidup dan komunikasi. Pengalaman hidup yang terbatas dapat mempengaruhi kemampuan pasangan muda dalam menyelesaikan masalah secara dewasa.

Mereka mungkin kesulitan mengkomunikasikan perasaan atau kebutuhan mereka dengan cara yang sehat dan konstruktif.

Kurangnya komunikasi yang efektif dapat menyebabkan konflik berkepanjangan yang akhirnya berujung pada kekerasan fisik.

Ketiga, tekanan S=sosial dan ekspektasi. Tekanan sosial untuk menikah muda, terutama dalam budaya tertentu, bisa menjadi faktor yang mendorong pasangan untuk menikah sebelum mereka benar-benar siap.

Ekspektasi yang tidak realistis tentang pernikahan juga bisa menjadi beban, terutama jika pasangan merasa tertekan untuk memenuhi harapan keluarga atau masyarakat.

Kekecewaan terhadap realitas pernikahan yang tidak sesuai dengan harapan bisa memicu ketegangan yang berujung pada KDRT.

Apakah Sebaiknya Menikah Jangan di Usia Muda?

Sebagai pasangan muda yang belum lama menikah, saya akui bahwa pernikahan pada usia muda memiliki risiko yang lebih besar karena faktor-faktor yang disebutkan di atas.

Menikah di usia muda, sering kali berarti, pasangan belum sepenuhnya mengenal diri mereka sendiri atau memahami apa yang mereka inginkan dalam hidup.

Hal ini bisa menyebabkan ketidakcocokan yang baru disadari setelah menikah beberapa tahun. Sifat-sifat buruk pasangan baru nampak beberapa tahun setelah menikah.

Selain itu, pasangan yang menikah muda mungkin belum siap secara finansial dan emosional untuk menghadapi tanggung jawab besar yang datang dengan pernikahan.

Hal ini bisa menambah tekanan dalam hubungan pernikahan dan meningkatkan risiko terjadinya KDRT dan masalah lainnya.

Saran untuk Pasangan yang Ingin Menikah Muda

Lantas, apa yang mesti dipersiapkan pasangan muda sebelum menikah? Berikut ini adalah beberapa saran yang bisa anda dan pasangan anda lakukan sebelum melangkah ke pernikahan.

Pertama, membangun kedewasaan emosional. Sebelum menikah, pastikan anda dan pasangan sudah memiliki kedewasaan emosional yang cukup.

Kedewasaan ini penting untuk dapat menangani konflik dengan cara yang sehat dan tanpa kekerasan.

Kedua, meningkatkan komunikasi. Belajar berkomunikasi dengan efektif adalah kunci dalam pernikahan yang sehat.

Diskusikan perasaan, harapan, dan ketakutan anda dengan pasangan sebelum memutuskan untuk menikah. Hal ini bisa membantu mengurangi kesalahpahaman yang bisa berujung pada konflik.

Ketiga, persiapan mental dan finansial. Pastikan anda sudah siap secara mental dan finansial sebelum menikah.

Persiapan ini bisa mengurangi stres dan tekanan yang sering kali menjadi pemicu konflik dalam pernikahan muda.

Keempat, konsultasi dengan tenaga profesional. Jika anda ragu atau merasa belum siap, sebaiknya pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan tenaga konselor pernikahan atau psikolog.

Mereka bisa membantu anda untuk memahami diri sendiri dan pasangan dengan lebih baik sebelum mengambil keputusan besar seperti pernikahan.

Kesimpulan

Sebagai penutup: Menikah adalah langkah besar dalam hidup yang memerlukan kesiapan mental, emosional, dan finansial.

Bagi pasangan muda, penting sekali untuk mempertimbangkan segala aspek sebelum memutuskan untuk menikah agar terhindar dari risiko yang tidak diinginkan di kemudian hari, termasuk KDRT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun