Ketidakmatangan ini dapat memicu reaksi yang berlebihan, termasuk penggunaan kekerasan sebagai bentuk pelampiasan frustrasi atau ketidakpuasan.
Kedua, kurangnya pengalaman hidup dan komunikasi. Pengalaman hidup yang terbatas dapat mempengaruhi kemampuan pasangan muda dalam menyelesaikan masalah secara dewasa.
Mereka mungkin kesulitan mengkomunikasikan perasaan atau kebutuhan mereka dengan cara yang sehat dan konstruktif.
Kurangnya komunikasi yang efektif dapat menyebabkan konflik berkepanjangan yang akhirnya berujung pada kekerasan fisik.
Ketiga, tekanan S=sosial dan ekspektasi. Tekanan sosial untuk menikah muda, terutama dalam budaya tertentu, bisa menjadi faktor yang mendorong pasangan untuk menikah sebelum mereka benar-benar siap.
Ekspektasi yang tidak realistis tentang pernikahan juga bisa menjadi beban, terutama jika pasangan merasa tertekan untuk memenuhi harapan keluarga atau masyarakat.
Kekecewaan terhadap realitas pernikahan yang tidak sesuai dengan harapan bisa memicu ketegangan yang berujung pada KDRT.
Apakah Sebaiknya Menikah Jangan di Usia Muda?
Sebagai pasangan muda yang belum lama menikah, saya akui bahwa pernikahan pada usia muda memiliki risiko yang lebih besar karena faktor-faktor yang disebutkan di atas.
Menikah di usia muda, sering kali berarti, pasangan belum sepenuhnya mengenal diri mereka sendiri atau memahami apa yang mereka inginkan dalam hidup.
Hal ini bisa menyebabkan ketidakcocokan yang baru disadari setelah menikah beberapa tahun. Sifat-sifat buruk pasangan baru nampak beberapa tahun setelah menikah.
Selain itu, pasangan yang menikah muda mungkin belum siap secara finansial dan emosional untuk menghadapi tanggung jawab besar yang datang dengan pernikahan.