Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Narablog

Senang traveling dan senang menulis topik seputar Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mungkinkah Sungai Citarum Kembali Harum?

14 Juli 2024   14:37 Diperbarui: 16 Juli 2024   16:08 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan sungai di suatu daerah, tentu saja, memberikan banyak manfaat, selain sebagai jalur transportasi, sungai menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Karena itu, penting untuk menjaga kelestarian sungai agar tetap berdaya guna.

Sungai Citarum di Jawa Barat misalnya, selain memiliki makna historis, pada dirinya jutaan orang menggantungkan hidup mereka setiap hari, mulai dari hulunya di Cisanti, Gunung Wayang, hingga hilirnya di Muara Gembong.

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pembangunan, semakin bertambah pula kerusakan sungai Citarum. Beberapa waktu lalu, sempat viral di media sosial, di mana sungai Citarum sempat tertutupi sampah dan enceng gondok (tumbuhan liar) dengan panjang 3 km dan lebar 60 m.

Diketahui, Pemprov Jawa Barat bergerak cepat untuk menangani sampah yang mengambang tersebut. Alhasil, sekitar 200 ton sampah berhasil diangkut dari badan sungai Citarum. Sampah yang diangkat dari air sungai kemudian dibuang ke TPA Sarimukti, Cipatat, Bandung Barat.

Setelah sungai Citarum bersih dari lautan sampah, BRIN merilis hasil risetnya terkait daerah aliran (DAS) Citarum. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan kandungan paracetamol mencapai 460 ton dan amoxicillin mencapai 336 ton per tahun. (Sumber: KATADATA.co.id).

Tulisan ini hendak menganalisis penyebab kerusakan sungai Citarum dalam beberapa tahun terakhir ini dan dampaknya bagi manusia dan lingkungan, serta langkah-langkah konkrit yang bisa dilakukan untuk memulihkan sungai Citarum agar harum dan berguna bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

Apa Masalahnya? Persoalan Klasik!

Dikutip dari laman Konservasidas.fkt.ugm.ac.id, sungai Citarum telah menyandang predikat sebagai salah satu wilayah yang tercemar di dunia. Sungai yang panjangnya mencapai 269 km ini memiliki beberapa masalah utama, yang sebenarnya merupakan persoalan klasik.

Pertama, pada bagian hulu DAS, terdapat lahan kritis yang seringkali memberikan masukan erosi tanah, kemudian mengalir pada sepanjang aliran dan mengendap. Sendimentasi yang menumpuk tersebut menyebabkan potensi bencana bajir ketika musim hujan tiba.

Kedua, pencemaran sungai yang berasal dari rumah tangga atau warga sekitar DAS Citarum, mulai dari sampah rumah tangga, obat-obatan, hingga limbah tinja (tinja adalah limbah yang dilepaskan dari tubuh manusia melalui anus).

Menurut laporan BBC.com, di area sekitar rel kereta api, ada setidaknya 66 keluarga atau sekitar 237 jiwa yang masih membuang hajatnya ke sungai Cibago, anak sungaiCitarum. Mereka sudah mempunyai jamban sendiri, tapi tidak dilengkapi dengan tangki sepiteng.

Ketiga, pencemaran sungai Citarum juga berasal dari industri. Diketahui, pelaku industri masih membuang limbah ke sungai Citarum sebanyak 349.000 ton per hari. Limbah itu berasal dari 1.900 pabrik di sepanjang DAS Citarum.

Celakanya, hanya sekitar 10 persen dari pabrik yang memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang memadai. (Sumber: CNBCINDONESIA.com).

Keempat, adanya kebijakan normalisasi dari pemerintah setempat, namun cenderung belum dilaksanakan sepenuh hati, tumpang tindih, sehingga terlihat indikasi inkonsistensi. (Sumber: MONGABAY.co.id).

Warga berfoto di Situ Cisanti yang merupakan hulu sungai Citarum | Sumber gambar: Mongabay.co.id/Donny Iqbal
Warga berfoto di Situ Cisanti yang merupakan hulu sungai Citarum | Sumber gambar: Mongabay.co.id/Donny Iqbal

Dampaknya bagi Manusia dan Lingkungan

Tak pelak lagi, kerusakan sungai Citarum karena limbah dan sampah berdampak serius pada manusia dan lingkungan. Seperti apa dampaknya, mari kita cek faktanya berikut.

Pertama, petani gagal panen. Sungai kerapkali menjadi sumber mata pencaharian para petani, tidak terkecuali sungai Citarum. Para petani di Jawa Barat memanfaatkan anak sungai Citarum untuk mengairi lahan pertanian mereka.

Ketika sungai tercemar oleh limbah, hal ini menyebabkan tanaman padi dan jagung yang ditanam membusuk, lalu mati akibat dialiri air yang bercampur limbah. Mungkin, masih sedikit yang bisa dipanen, tapi tetap saja mereka gagal.

Kedua, penjala ikan kehilangan mata pencaharian. Tidak hanya para petani, nestapa juga dirasakan oleh penjala ikan di sungai Citarum. Mereka tidak lagi bisa mendapatkan banyak tangkapan karena ikan buruan mereka mati akibat keracunan limbah industri yang dibuang ke sungai.

Pun kalau mereka berhasil menangkap ikan, ikan yang ditangkap itu berpotensi menjadi racun bagi tubuh manusia ketika dikonsumsi karena sudah tercemar oleh limbah.

Ketiga, berpotensi bencana banjir. Pasalnya, air sungai Citarum kerap meluber ke rumah warga sekitar. Di beberapa titik banjir bahkan mencapai 3 m. Diketahui, banjir besar pernah terjadi pada Desember 2008 yang merendam ribuan rumah.

Meski sekarang banjir cepat surut tak seperti tahun 2008 silam yang mencapai 2 minggu, warga yang tinggal di dekat sungai Citarum selalu waspada jika turun hujan. Artinya, sungai Citarum sudah tak nyaman lagi bagi warga.

Belum Menyentuh Akar Persoalannya

Sebenarnya, sudah ada program-program (seperti "Citarum Bergetar" dan "Citarum Bestari") dari Pemprov Jawa Barat yang bertujuan mengatasi persoalan lingkungam dan banjir. Bahkan, pemerintah pusat juga telah turut serta dalam menangani masalah sungai Citarum.

"Citarum Harum" adalah program pemulihan sungai Citarum yang digagas oleh pemerintah pusat melalui Peraturan Presiden No.15/2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum.

Program ini diharapkan dapat memulihkan sungai sepanjang 297 km, dengan target utamanya yaitu membebaskan sungai Citarum dari limbah pabrik, rumah tangga, pertanian, dan peternakan hingga tujuh tahun ke depan.

Khusus penanganan sampah, ADB memberikan dana hibah sebesar Rp 1,4 triliun yang dikucurkan secara bertahap hingga 2022. Dana tersebut dimaksudkan untuk memanajemen penanganan sampah terpadu di delapan Kabupaten/Kota yang dilalui sungai Citarum.

Pada 2018, kondisi sungai Citarum dilaporkan berubah dari berstatus cemar berat ke cemar sedang. Sedangkan, pada tahun 2019 dilaporkan kondisi sungai Citarum mengalami peningkatan dari cemar sedang menuju cemar ringan. (Sumber: MONGABAY.co.id).

Lalu, pada tahun 2024, kita dikejutkan dengan laporan dari BRIN bahwa kondisi sungai Citarum telah terkontaminasi oleh paracetamol dan amoxicillin. Tidak hanya itu, ditemukan juga tumpukan sampah yang membentuk pulau.

Ini menunjukkan bahwa program-program dari pemerintah yang dijalankan selama ini masih belum menyentuh akar persoalan pencemaran sungai Citarum. Sekalipun kondisi air sempat berada di cemar ringan, tetap saja kualitasnya belum baik, dan pencemarannya terus berlangsung hingga kini.

Langkah Efektif Memulihkan Sungai Citarum

Lantas, apa langkah efektif untuk mengatasi persoalan banjir, pencemaran limbah, dan sampah di sungai Citarum? Berikut ini beberapa langkah yang barangkali efektif dilakukan Pemprov Jawa Barat dalam menangani masalah di sungai Citarum.

Pertama, Pemprov mesti menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa sungai Citarum merupakan harta paling berharga. Masyarakat harus diyakinkan bahwa menjaga Citarum bakal berdampak baik pada perekonomian dan kesejahteraan keluarga, tidak hanya di masa kini, tapi juga di masa depan.

Hal ini bisa dilakukan dengan kampanye dari rumah ke rumah (door to door), tentu juga dengan memanfaatkan sarana media sosial. Dengan langkah seperti ini diharapkan masyarakat, terutama yang tinggal di dekat sungai tidak lagi membuang domestik sembarangan ke sungai.

Kedua, membangun ekosistem yang dapat menunjang dan berpengaruh terhadap kelestarian sungai Citarum. Ekosistem yang dimaksud adalah ekosistem fisik di sekitar sungai. Semua yang rusak diperbaiki dan ditumbuhkan kembali, khususnya di sejumlah titik rawan banjir ditanami dengan berbagai vegetasi.

Bahkan, perlu juga memasang jaring penyekat sampah di sejumlah titik dari hulu ke hilir di aliran sungai Citarum. Langkah ini sebagai upaya mengantisipasi sampah yang terbawa arus atau mengendap di aliran sungai.

Ketiga, Pemprov perlu melakukan perbaikan sepiteng warga di daerah aliran sungai Citarum. Pasalnya, sebanyak 530 ribu kepala keluarga di desa dan kelurahan masih melakukan praktik BABS. Itu berarti sekitar 1,9 juta jiwa membuang sebanyak 749 ton tinja per harinya ke sungai.

Kota Bandung menyumbang jumlah terbanyak yaitu 255,5 menurut data tahun 2021. (Sumber: BBC.com). Pemprov bisa membangun tanki sepiteng komunal, misalnya. Pembangunan septik bisa disesuaikan dengan luas lahan. Setidaknya, supaya limbah tinja ini tidak langsung masuk ke sungai.

Keempat, Pemprov mesti berani menertipkan rumah-rumah liar di sepanjang sungai Citarum. Bahkan, berani menjatuhkan sanksi bagi pelaku pabrik yang belum memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Ini harus tegas dan tidak boleh kompromi.

Sebagai penutup: upaya untuk mengembalikan citra sungai Citarum kepada kondisinya yang semula memang tidak semudah membalikan telapak tangan. Ini memerlukan waktu yang lama. Mungkin, bukan kita yang menikmati keharuman sungai Citarum, bisa jadi generai kita yang kelak menikmatinya.

Tidak masalah! Yang penting, kita sudah berjuang untuk mengembalikan citra Citarum di mata dunia, terutama di mata warga Jawa Barat. Kerjasama yang baik dari semua elemen masyarakat adalah kunci utamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun