Dalam kasus Zhang, kita tahu bahwa pelatih Cina sempat memasuki lapangan, namun tidak diizinkan menyentuh Zhang yang terkapar hingga tim medis datang untuk memberikan pertolongan pertama.
Tim medis baru masuk ke lapangan, setelah mendapat panggilan dari wasit, sekitar 40 detik setelah Zhang terjatuh. (Sumber: CNN Indonesia.com).
Kaku banget ya aturannya. Coba saja kalau di detik-detik awal tim medis diizinkan masuk, mungkin saja nyawa Zhang masih dapat tertolong.
Regulasi BWF Perlu Diubah Demi Keselamatan Atlet
Menanggapi peristiwa ini, maka Pengurus Pusat (PP) Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) menyatakan bakal menyurati BWF terkait SOP yang diterapkan selama ini.
Hemat saya, regulasi yang sudah ada mesti diubah ya, supaya tidak kaku. Dalam situasi darurat seperti yang dialami Zhang, seharusnya tim medis diberikan hak intervensi - mengingat perannya yang sangat vital.
Jika memang atlet tiba-tiba mengalami cidera atau sakit tanpa sempat meminta bantuan ke wasit, biarkanlah tim medis menanganinya dengan cepat tanpa harus menunggu izin dari wasit.
Bahkan, tidak hanya tim medis, tapi siapa pun, seharusnya bisa menolong. Sebab, bagaimanapun pertolongan pertama itu sangat krusial sekali.
Saya kira, dalam konteks cabang olaraga apapun, seharusnya keselamatan para atlet menjadi prioritas utama di atas segalanya. Intinya sih, keselamatan atlet jauh lebih penting daripada aturan permainan di lapangan.
Sebagai penutup: peristiwa tragis yang menimpa atlet bulutangkis Zhang Zhi Jie, kiranya menjadi pembelajaran berharga bagi dunia olahraga, khususnya terkait kebijakan penanganan atltet yang mengalami cidera atau sakit secara tiba-tiba dalam pertandingan.
Evaluasi khususnya atas kebijakan BWF yang berlaku selama ini perlu dilakukan demi keselamatan atlet bulutangkis di masa mendatang.
Akhir kata, selamat jalan Zhang Zhi Jie.