Di tengah menjamurnya ojek sepeda motor berbasis online (Ojol) kini, para tukang ojek sepeda ontel di Jakarta masih tetap beroperasi.
Para pengayuh pedal itu, bertahan dengan penghasilan yang tak menentu. Ada hal yang membuat mereka bersyukur, sehingga mampu bertahan di tengah perkembangan zaman.
Di persimpangan jalan Bandengan Selatan, Agus (69 tahun), duduk dekat tiang listrik berwarna gelap. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, sambil berharap ada orang yang membutuhkan jasanya.
"Sudah dapat penumpang, Pak"Â tanya saya membuka percakapan.
"Sudah satu orang, Dek. Tadi pagi, saya nganter dari depan pos Polisi Jembatan Lima ke Bandengan Selatan".
"Dibayar berapa, Pak?"
"Rp 4 ribu. Ya, namanya juga usaha, Dek".
Pria asal Batu Ceper, Jakarta Pusat ini mengaku sudah menarik sepeda ontel selama 20 tahun sejak masih muda.
Menurutnya, pada zaman dulu, ojek sepeda masih ramai diminati masyarakat. Sekarang, ojek sepeda sudah jarang diminati, karena zaman sudah modern.
"Sekarang sudah susah, Dek. Orang-orang sudah beralih menggunakan ojek online".