Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Nominee Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Tulisanku Dimuat di Kompas.com, Senang dan Bangga!

6 Juni 2024   21:05 Diperbarui: 6 Juni 2024   21:10 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar menulis opini di media massa. (Sumber gambar: tempointitute.com)

Inilah satu tulisan yang membuat saya bangga dengan diri sendiri! Tulisan berbentuk opini itu dimuat di Kompas.com, Jumat 31 Mei 2024 dengan judul "Mewujudkan Pendidikan Gratis untuk Perguruan Tinggi, Bisa?"

Sebenarnya, tulisan tersebut merupakan adaptasi dari artikel saya di Kompasiana.com, yang tayang Jumat 18 Mei 2024 dengan judul "Pendidikan Gratis di Perguruan Tinggi, Bisakah Terwujud?".

Mula-mula, artikel tersebut mendapat label "Pilihan," lalu di kemudian hari berubah statusnya menjadi "Artikel Utama".

Seperti kita ketahui, label "Artikel Utama" di Kompasiana merupakan label tertinggi, sehingga ketika mendapat label ini Kompasianer merasa senang. Apalagi, kalau artikel tersebut bisa tembus media arus-utama, pasti lebih senang, bukan?

Mungkin, sempat terlintas pertanyaan di benak kalian, kok bisa tulisan di Kompasiana dimuat di Kompas.com? Bukankah Kompasiana.com itu adalah platform blog, sedangkan Kompas.com adalah situs berita?

Begini. Kompasiana telah bekerja sama dengan Kompas.com melalui program yang disebut Infinite, sehingga melalui program ini, konten-konten berkualitas di Kompasiana bakal dibawa ke media arus-utama Kompas Gramedia (KG) seperti KG Media, Kompas.com, dan Kompas.tv.

Berkat program Infinite ini, tulisan saya (dan Kompasianer lain) mendapat pembaca yang lebih luas dan tentu saja mendapat honor. Hal ini, tentu saja, menyemangati saya untuk terus menulis di Kompasiana.

Semua Kompasianer, tentu ingin tulisannya diangkat ke media arus-utama KG. Masalahnya: untuk bisa tembus ke salah satu media arus utama KG itu tidak mudah.

Hal ini, karena setiap media memiliki standar masing-masing dalam menilai sebuah opini, apakah tulisan itu layak untuk dimuat atau tidak.

Diangkatnya tulisan saya dari Kompasiana ke Kompas.com, tentu membuat saya senang dan bangga. Sebab, hal ini menjadi bukti sah atas kemampuan intelektual seorang penulis. Apalagi, ide saya berhasil menyingkirkan puluhan pemikiran lain.

Untuk bisa tembus Kompas.com, opini kita harus mengandung setidaknya tiga elemen kunci: gagasan yang aktual, memiliki argumentasi yang kuat, dan menggunakan bahasa yang populer.

Ketiga elemen kunci tersebut ada dalam tulisan saya yang dimuat di Kompas.com. Mari kita membedah ketiga elemen kunci tersebut.

Pertama, memiliki gagasan yang aktual. Saya masih ingat, kala itu, saya menulis berdasarkan Topik Pilihan mimin Kompasiana, "Ternyata Kuliah Tidak Wajib".

Topik ini diangkat lantaran berbagai macam demo yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menolak kenaikan biaya UKT di sejumlah universitas negeri.

Protes yang dilakukan oleh mahasiswa, kemudian mendapat respons dari Pelaksana Tugas Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Ristek, Prof. Tjitjik Tjahjandarie.

Beliau mengatakan, pendidikan di perguruan tinggi hanya diperuntukan bagi lulusan SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah yang ingin mendalami lebih lanjut suatu ilmu. Pernyataan beliau ini lantas menciptakan polemik, sehingga sempat menjadi trending topik di Google.

Saya kemudian mendalami topik tersebut dengan membaca berbagai referensi di internet dan buku. Makanya, ketika tulisan itu selesai ditayangkan di Kompasiana, ia diberi label "Artikel Utama" dan di kemudian hari diangkat ke Kompas.com.

Mengapa bisa diangkat ke Kompas.com, salah satu alasannya karena opini saya itu aktual. Editor Desk Opini Kompas, Yovita Arika, dalam satu kesempatan wawancara dengan penulis muda pernah mengatakan:

"Opini yang aktual terkait dengan kondisi saat ini menjadi pertimbangan bagi kami dalam memutuskan tulisan tersebut laik publikasi atau tidak", seperti dikutip dari laman Kompas.id.

Jadi, sebelum menulis opini ketahuilah isu yang sedang disorot media yang kalian tuju, sehingga gagasan kalian dinilai aktual. Jika tidak, kemungkinan diangkat/diterima sangat kecil.

Kedua, memiliki argumentasi yang kuat. Argumentasi penulis sangat penting dalam tulisan opini. Jika tulisan opini sesuai dengan bidang yang kalian kuasai, tentu argumentasi bisa dilakukan dengan mudah.

Hal tersebut bisa terjadi karena kalian memahami dengan baik hal-hal terkait apa yang dimuat dalam tulisan. Pembaca pun bisa menilai seberapa tinggi pengetahuan kalian dari argumentasi yang dibuat.

Argumentasi yang baik harus runut/logis, jernih dan didukung oleh data. Tentu saja, yang diutamakan adalah data yang diambil dari sumber yang terpercaya.

Dalam artikel saya yang dimuat di Kompas.com, misalnya, saya membahas dengan runut dan jernih. Selain itu, saya mengambil data dari Laporan Tahunan SDGs 2023 untuk memperkuat argumentasi saya.

Intinya, semakin logis dan jernih argumennya, serta sumber datanya terpercaya, semakin bagus pula kualitas opini kalian, sehingga layak untuk masuk dapur redaksi media.

Ketiga, menggunakan bahasa yang popular. Dalam menulis opini, bahasa tidak boleh disepelekan. Gunakanlah bahasan yang popular. Tujuannya supaya pembaca lebih mudah menerima gagasan yang kalian tulis.

Jangan pernah menganggap pembaca opini kalian adalah orang-orang yang bisa mengerti istilah-istilah asing atau bahasa-bahasa teknis. Setiap pembaca, tentu terdiri dari beragam usia dan pendidikan.

Karena itu, usahakanlah menggunakan bahasa yang sederhana dan lugas, sehingga gagasan yang disampaikan mudah dipahami pembaca. Inilah yang saya lakukan ketika menulis opini di Kompasiana.

Sebagai kesimpulan: menulis opini untuk media massa bukan perkara yang mudah untuk dilakukan, khususnya bagi para penulis pemula, dibutuhkan usaha keras dan kesabaran yang tinggi.

Bagi Kompasianer yang artikelnya belum dibawa oleh tim Kompasiana melintasi batas ruang dan waktu melalui program Infinite, jangan patah semangat dulu.

Kalian bisa kok mencoba menerapkan ketiga elemen kunci yang saya bagikan di atas dalam pembuatan tulisan opini di media massa. Semoga bermanfaat, ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun