Anak bisa menjadi benci terhadap saudara kandungnya, bahkan semua orang yang dianggap lebih baik dari dirinya. Yang tadinya sayang, lama kelamaan menjadi tidak sayang, karena dibanding-bandingkan. Selain itu, juga bisa memicu persaingan yang tidak sehat di antara anak.
3. Membuat Hubungan Orangtua-Anak Retak
Anak yang dibanding-bandingkan oleh orangtuanya beresiko menyimpan dendam, tidak hanya kepada saudara kandungnya, tetapi juga kepada orangtuanya. Kondisi ini akan membuat hubungan orangtua-anak menjadi tidak harmonis.
Pada dasarnya, anak akan menghargai dan mencintai orangtuanya, jika ia juga merasa dihargai dan dicintai. Oleh karena itu, jangan membanding-bandingkan anak.
Sebagai kesimpulan: saya mengerti bahwa setiap orangtua menginginkan anaknya menjadi pribadi yang lebih baik dengan berprestasi di rumah maupun di sekolah. Namun, cara orangtua menyemangati dan memotivasi anak terkadang keliru atau salah.
Menyemangati dan memotivasi dengan cara membandingkan anak dengan saudaranya atau anak orang lain tanpa orangtua sadari memiliki efek negatif jangka panjang seperti menjadi tidak percaya diri, memicu perasaan iri dan benci di antara saudara, dan membuat hubungan keluarga menjadi renggang.
Orangtua perlu sadar bahwa setiap anak yang Tuhan karuniai itu berbeda satu sama lain dan tidak bisa disamaratakan. Yang satu barangkali unggul dalam hal akademik dan yang lain barangkali unggul dalam hal sosial. Sehingga, yang perlu orangtua lakukan adalah membantu anak menemukan apa yang menjadi kekuatannya dan memfasilitasinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H