Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingkah Pendidikan Tinggi bagi Seorang Ibu Rumah Tangga?

31 Mei 2024   22:27 Diperbarui: 4 Juni 2024   21:26 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI oleh istockphoto.com via Kompas.com


Tulisan ini tidak bermaksud menyudutkan pilihan hidup ibu mana pun, apakah yang memilih menjadi ibu rumah tangga atau ibu bekerja. Tulisan ini hanya ingin menegaskan betapa pentingnya pendidikan tinggi bagi seorang ibu, terlepas dari pilihannya ingin menjadi apa kelak.

Saya dan istri merupakan lulusan Magister Teologi dari Sekolah Tinggi Teologi Iman Jakarta (STTIJ). Kami berdua lulus tahun 2023 lalu. Setelah lulus kuliah, saya dan istri langsung bekerja. Saya menjadi dosen paruh waktu di salah satu STT di Jakarta, sedangkan istri menjadi guru Bimbel.

Belum lama ini, istri saya meminta pendapat dari saya, bagaimana jika dirinya berhenti bekerja saja dan fokus mengurus keluarga. Awalnya saya keberatan, karena menyangkan ilmu yang dia dapat selama kuliah S1 dan S2 tidak dimanfaatkan untuk berkarir. Namun, belakangan, saya sadar bahwa ilmu tersebut tetap berguna bagi dia untuk mengurus keluarga.

Wisuda S2 bersama istri di Sekolah Tinggi Teologi Iman Jakarta tahun 2023. (Sumber gambar: Dok pribadi/Billy Steven Kaitjily)
Wisuda S2 bersama istri di Sekolah Tinggi Teologi Iman Jakarta tahun 2023. (Sumber gambar: Dok pribadi/Billy Steven Kaitjily)

Ada satu kutipan dari seorang aktris dan model sekaligus ibu rumah tangga, Dian Sastrowardoyo, yang meneguhkan keyakinan saya. Dikutip dari laman resmi BINUS.ac.id, wanita kelahiran 1982 itu berkata: "Entah akan berkarir atau berumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi, karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak cerdas".

Sebenarnya, ungkapan dari Dian Sastro di atas adalah sesuatu yang lumrah, karena ibu akan selalu menjadi guru pertama di rumah bagi anak-anaknya.

Jika pendidikan tinggi dianggap sangat penting bagi seorang ibu rumah tangga pada zaman now, lantas sepenting apakah pendidikan tinggi itu bagi seorang ibu rumah tangga? Setidaknya, terdapat 4 alasan fundamental mengapa pendidikan tinggi penting bagi seorang ibu rumah tangga.


1. Memengaruhi Anak untuk Berprestasi

Ibu dengan level pendidikan yang tinggi memiliki sejumlah keunggulan seperti memiliki kemampuan berbahasa secara lisan maupun tulisan yang baik, sudut pandang yang luas, sistematika berpikir yang runtut. Dengan semua kemampuan ini, ibu mampu mendidik anaknya untuk berprestasi di sekolah.

Studi yang dilakukan oleh University of Essex dan University College London menemukan bahwa anak yang sering menghabiskan waktu dengan ibunya mengalami peningkatan secara signifikan dalam kognitif dan sosialnya. Kemampuan ini pun meningkat ketika ibunya berpendidikan tinggi. (Sumber: IDN TIMES.com).

Kelak, sang anak berhasil mencapai pendidikan tinggi, bukan cuma membuat keluarganya bahagia, tetapi sang anak pun bahagia berkat didikan sang ibu. Ibu saya adalah seorang guru SMA lulusan Diploma, berkat didikannya saya bisa kuliah hingga level Magister.


2. Memengaruhi Status Gisi dan Kesehatan Anak

Ibu dengan level pendidikan tinggi tahu bagaimana cara menjaga keselamatan buah hatinya. Dengan pengetahuan yang memadai, ibu tahu cara agar anaknya memiliki gizi dan kesehatan yang baik. Ia tahu cara untuk menghindari risiko stunting, sehingga tumbuh kembang anak berjalan normal.

Dalam Jurnal Science Direct disebutkan beberapa penelitian di negara berkembang mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan ibu berkorelasi dengan angka kematian bayi. Bahwa, semakin tinggi pendidikan ibu, maka angka kematian bayi cenderung rendah atau berkurang.

Selain itu, seorang ibu yang berpendidikan tinggi juga akan sangat kecil kemungkinannya melakukan pola asuh yang keliru selama masa tumbuh kembang anak.


3. Memengaruhi Kesejahteraan Ekonomi Keluarga

Ibu dengan level pendidikan yang tinggi akan mampu mensejahterakan ekonomi keluarga, karena ia mempunyai cara yang kreatif untuk mendukung kesejahteraan finansial keluarga dan memutus rantai kemiskinan antar generasi.

Lebih jauh, dalam jurnal berjudul "Doing it All? Mothers College Enrollment, Time Use, and Affective Well-being", menyebutkan ada banyak literatur yang menemukan bahwa anak-anak dari orangtua yang berpendidikan tinggi, lebih mungkin mencapai tingkat pendidikan dan ekonomi yang lebih tinggi, ketimbang anak-anak dengan orangtua yang berpendidikan rendah.


4. Ibu Rumah Tangga Masih Bisa Berkarya

Di era teknologi digital ini, menjadi ibu rumah tangga bukan berarti minim karya. Sudah tidak terhitung berapa banyak ibu rumah tangga yang sukses berkarya sekaligus mengurus rumah tangga. Mereka tetap bisa mengasuh anak sembari berbisnis online maupun ofline.

Bahkan, saya amati, banyak ibu-ibu rumah tangga mendapat uang tambahan dari menulis di platform blog. Meskipun penghasilan mungkin tidak sebanding dengan pekerja kantoran, apresiasi tetap layak disematkan pada mereka.

Sebagai kesimpulan: untuk mendidik anak zaman now, tidak hanya butuh seorang ibu yang pandai memasak, mencuci, dan membersihkan rumah, tapi juga butuh seorang ibu yang berwawasan luas. Masih ingat nasihat Dian Sastro di atas, ibu-ibu yang cerdas akan menghasilkan anak-anak yang cerdas pula.

Tanpa pendidikan tinggi, seorang ibu rumah tangga akan mudah termakan informasi palsu atau hoaks yang mungkin ia temui di internet seputar pengasuhan anak. Hasil penelitian dari Center for Life-Span Development Universitas Gadjah Mada, Fakultas Psikologi, menunjukkan bahwa 55,4 persen orangtua milenial di Indonesia, khususnya ibu, mencari informasi parenting melalui internet. (Sumber: TIRTO.id).

Itu artinya, para ibu yang tidak berpendidikan tinggi sangat rentan terpapar informasi hoaks yang dapat berpengaruh buruk pada tumbuh kembang anak. Karena itu, bagi ibu-ibu rumah tangga yang belum mengenyam pendidikan tinggi karena beberapa alasan, masih terbuka kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi.

Bagi ibu-ibu yang bergelar sarjana, jangan malu dengan tudingan "Sarjana kok jadi ibu rumah tangga". Justru, berbanggalah menjadi seorang ibu rumah tangga yang bergelar sarjana. Sedangkan, bagi ibu-ibu yang bekerja di luar rumah, ingat bahwa mencari uang bukan prioritas utama. Prioritas utama adalah mengasuh anak.

Dengan demikian, baik ibu rumah tangga maupun ibu yang bekerja memiliki tanggung jawab yang sama: mensejahterakan anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun