Ulasan mengenai mengapa banyak sarjana yang menganggur ini disajikan dalam penelitiannya yang berjudul, "Relevansi Lulusan Perguruan Tinggi di Indonesia dengan Kebutuhan Tenaga Kerja di Era Global".
Dalam penelitian yang dimuat pada Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 10, No. 1 Juni 2015 tersebut, terungkap sejumlah penyebab mengapa banyak sarjana yang menganggur, antara lain lulusan sarjana tidak sesuai dengan yang dibutuhkan pengguna kerja, minimnya sarjana yang berkualitas, minimnya kemandirian pencari kerja untuk berwirausaha, dan kesempatan kerja yang terbatas.
Selain itu, era globalisasi membuat persaingan tenaga kerja menjadi semakin ketat, pekerja asing akan mudah masuk dan bekerja di Indonesia sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang dimilikinya.
Implikasinya, kesempatan kerja yang tersedia di dalam negeri bakal diisi oleh tenaga kerja asing yang profesional dan mumpuni dalam bidangnya.
Menciptakan Peluang Kerja Tanpa Perlu Kuliah
Jika yang bergelar sarjana saja banyak yang menganggur, apalagi yang tidak memiliki gelar sarjana? Karena itu, penting sekali untuk kita menemukan jalan kesuksesan sendiri dalam pekerjaan.
Seperti bunyi pepatah "banyak jalan menuju Roma", demikian ada banyak jalan menuju kesuksesan yang bisa kamu tempuh dengan mengandalkan hobi, skill, dan koneksi.
Pertama, ciptakan peluang kerja dari hobi. Berkarir tanpa kuliah sebenarnya masih bisa, tidak melulu harus melalui kuliah. Jika kamu mempunyai minat atau hobi di bidang tertentu, kamu bisa menciptakan peluang usaha sendiri dari minat atau hobimu itu.
Misalnya, kamu suka mata pelajaran matematika, maka kamu bisa membuka usaha les privat di rumahmu untuk anak-anak SD atau SMP. Atau kamu suka traveling, maka kamu bisa membagikan pengalaman traveling di blog pribadimu. Intinya, kamu pandai melihat peluang dan memanfaatkan peluang dari apa yang kamu gemari.
Kedua, ciptakan peluang kerja dari skill. Enggak semua pekerjaan mengharuskan kuliah, kamu tetap bisa bekerja dengan penghasilan menjanjikan dengan mengandalkan skill yang dipelajari sendiri. Misalnya, skill menulis, fotografi, editing, desain, make up artist, atau menjahit dan memasak.
Namun, tentu saja, skill yang kamu andalkan ini dibarengi dengan tingkat penguasaan yang cukup. Enggak sekadar bisa, tapi benar-benar dikuasai untuk jadi modal utama berkarir.
Ketiga, ciptakan peluang kerja dari koneksi. Jangan sepelekan kekuatan koneksi dari relasi yang kamu miliki, karena hal ini bisa juga menjadi jalan karir yang menjanjikan. Enggak ada salahnya kok memanfaatkan pertemanan untuk meminta peluang pekerjaan.