Hunian menjadi salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap pasangan muda yang baru menikah. Namun, mereka yang bergaji pas-pasan di kota-kota besar seperti Jakarta, seringkali diperhadapkan dengan dilema antara nyicil rumah atau ngontrak rumah.
Idealnya, mereka yang bekerja di Jakarta memperoleh gaji sebesar Rp 5 Juta hingga 15 juta per bulan. Gaji Rp 5 juta di Jakarta, sejatinya merupakan gaji yang lebih besar ketimbang upah minimum propinsi.
Namun, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), gaji Rp 5 juta di Jakarta masih dianggap pas-pasan. Hal ini karena nilai pengeluaran rata-rata per kapita di Jakarta sebesar Rp 2.257.991 per bulan. Itu artinya, gaji Rp 5 juta apabila digunakan untuk menyicil rumah di Jakarta, rasanya tidak mungkin.
Itulah sebabnya, saya dan istri memilih untuk ngontrak rumah daripada nyicil rumah di Jakarta, setidaknya dalam beberapa tahun ke depan, sampai tabungan membangun rumah sudah terkumpul.Â
Ada beberapa pertimbangan mengapa kami memilih ngontrak ketimbang menyicil rumah.
1. Gaji Pas-Pasan
Meskipun Jakarta sudah tak lagi berstatus sebagai Ibu Kota Negara, ia tetap menjadi magnet bagi kaum urban.Â
Berdasarkan catatan Disdukcapil Propinsi DKI Jakarta, sebanyak 1.038 pendatang tiba di Jakarta setelah periode Hari Raya Idulfitri 2024 lalu. (Sumber: Sonora.id). Mereka datang dengan berbagai tujuan seperti bekerja, kuliah, dll.
Perlu diketahui, meskipun Jakarta menjadi pusat perekonomian nasional dan global, hal tersebut tidak berarti kaum urban pasti sukses mengadu nasib di Jakarta.Â
Ketika saya masih berdomisili di kampung, saya pernah berandai kalau saya bekerja di Jakarta, gajinya pasti gede dan saya akan cepat kaya.
Nyatanya, andaian saya itu tidak benar. Gaji saya bahkan tak sampai upah minimum regional (UMR) Jakarta. Demikian juga dengan istri saya. Jika gaji kami digabungkan, bisa mencapai angka Rp 6 juta. Inilah alasan kenapa kami memilih ngontrak ketimbang nyicil rumah.
2. Fokus Menabung
Sebetulnya, kalau saya dan istri mau nyicil rumah di area Jabodetabek bisa saja. Kami tinggal sisihkan 35 persen dari gaji kami. Misalnya, gaji bersih kami adalah Rp 5 juta, maka kami bisa menyicil Rp 1,75 juta per bulan.
Namun, kalau kami melakukannya, waktu menabungnya jadi lebih lama. Kami bakal kompromi dengan banyak hal karena kondisi keuangan yang terbatas.Â
Saya pernah membaca cerita dari seorang Blogger tentang pengalaman nyicil KPR. Katanya, kredit KPR itu terasa berat sekali. Setiap bulan harus setoran selama sekian tahun.
Dari cerita Blogger tersebut, saya menangkap kesan bahwa nyicil KPR itu tidak membuat kita bebas, terutama bagi mereka yang gajinya pas-pasan. Karena itulah, saya dan istri memilih untuk ngontrak.Â
Dengan begitu, setiap bulan kami hanya menyetor uang kontrakan, sisanya (di luar biaya makan dan listrik) kami bisa tabungkan untuk membangun rumah Impian kami.
3. Tidak Selamanya Stay di Jakarta
Barangkali, alasan yang paling mendasar mengapa kami tidak beli rumah di Jakarta adalah karena kami tidak berkeinginan untuk stay (menetap) selamanya di Jakarta. Suatu saat nanti, kami bakal kembali ke kampung halaman entah ke Ambon atau Jepara, dan membangun rumah impian kami di sana.
Lagi pula, kami mempunyai warisan tanah dari orangtua kami, sehingga biaya yang dibutuhkan tidak terlalu besar.Â
Bagi kami, Jakarta hanya sebagai tempat menimba ilmu dan mencari rezeki saja, tapi bukan sebagai tempat tinggal permanen.
4. Tidak Malu Ngontrak Rumah?
Beberapa teman kami saat ini tinggal di apartemen mewah di Jakarta. Wajar saja, karena keuangan mereka mendukung. Bahkan, ada seorang teman SMA saya yang sukses membeli rumah di Jakarta. Apakah lantas membuat kami malu terhadap teman-teman kami karena masih ngontrak rumah?
Oh, kami sama sekali tidak malu! Soal memiliki rumah kan soal waktu ya. Apabila sudah tiba waktunya, kami bakal punya rumah sendiri, kok. Justru yang bikin malu itu adalah ketika kita masih menumpang tinggal di rumah orangtua, padahal kita sudah berkeluarga.
Jadi, buat kalian yang masih ngontrak rumah, jangan malu. Jangan karena gengsi, lalu memaksakan diri untuk nyicil KPR, padahal kondisi keuangan tidak memungkinkan. Lebih baik ngontrak sambil uangnya ditabung untuk bangun atau beli rumah nanti, ketimbang memaksa keadaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H