Nyatanya, andaian saya itu tidak benar. Gaji saya bahkan tak sampai upah minimum regional (UMR) Jakarta. Demikian juga dengan istri saya. Jika gaji kami digabungkan, bisa mencapai angka Rp 6 juta. Inilah alasan kenapa kami memilih ngontrak ketimbang nyicil rumah.
2. Fokus Menabung
Sebetulnya, kalau saya dan istri mau nyicil rumah di area Jabodetabek bisa saja. Kami tinggal sisihkan 35 persen dari gaji kami. Misalnya, gaji bersih kami adalah Rp 5 juta, maka kami bisa menyicil Rp 1,75 juta per bulan.
Namun, kalau kami melakukannya, waktu menabungnya jadi lebih lama. Kami bakal kompromi dengan banyak hal karena kondisi keuangan yang terbatas.Â
Saya pernah membaca cerita dari seorang Blogger tentang pengalaman nyicil KPR. Katanya, kredit KPR itu terasa berat sekali. Setiap bulan harus setoran selama sekian tahun.
Dari cerita Blogger tersebut, saya menangkap kesan bahwa nyicil KPR itu tidak membuat kita bebas, terutama bagi mereka yang gajinya pas-pasan. Karena itulah, saya dan istri memilih untuk ngontrak.Â
Dengan begitu, setiap bulan kami hanya menyetor uang kontrakan, sisanya (di luar biaya makan dan listrik) kami bisa tabungkan untuk membangun rumah Impian kami.
3. Tidak Selamanya Stay di Jakarta
Barangkali, alasan yang paling mendasar mengapa kami tidak beli rumah di Jakarta adalah karena kami tidak berkeinginan untuk stay (menetap) selamanya di Jakarta. Suatu saat nanti, kami bakal kembali ke kampung halaman entah ke Ambon atau Jepara, dan membangun rumah impian kami di sana.
Lagi pula, kami mempunyai warisan tanah dari orangtua kami, sehingga biaya yang dibutuhkan tidak terlalu besar.Â
Bagi kami, Jakarta hanya sebagai tempat menimba ilmu dan mencari rezeki saja, tapi bukan sebagai tempat tinggal permanen.
4. Tidak Malu Ngontrak Rumah?
Beberapa teman kami saat ini tinggal di apartemen mewah di Jakarta. Wajar saja, karena keuangan mereka mendukung. Bahkan, ada seorang teman SMA saya yang sukses membeli rumah di Jakarta. Apakah lantas membuat kami malu terhadap teman-teman kami karena masih ngontrak rumah?
Oh, kami sama sekali tidak malu! Soal memiliki rumah kan soal waktu ya. Apabila sudah tiba waktunya, kami bakal punya rumah sendiri, kok. Justru yang bikin malu itu adalah ketika kita masih menumpang tinggal di rumah orangtua, padahal kita sudah berkeluarga.