Dari faktor-faktor yang disebutkan tadi, barangkali, faktor yang paling mengancam perairan laut Jakarta saat ini ialah polusi limbah dan sampah. Penyebabnya ialah aktivitas manusia di daratan dan aktivitas kapal-kapal laut yang melintasi perairan DKI Jakarta. Sampah dan limbah yang dibuang oleh manusia ke sungai pada akhirnya bermuara di teluk Jakarta.
Berdasarkan laporan Kompas.com tahun 2023, sampah yang masuk ke teluk Jakarta melalui 13 sungai didominasi oleh sampah plastik. Sebagian dari sampah itu terperangkap di dasar laut bersama endapan lumpur, dan sebagian lagi terbawa oleh angin dan ombak, lalu menggunung di tepi pantai utara Jakarta.
Akibatnya, teluk Jakarta kini terancam kehilangan keindahan bawah laut sebab biota laut menjadi berkurang habitatnya. Bahkan, terancam kehilangan keindahan pantai karena tumpukan sampah plastik. Apabila ini yang terjadi, maka akan berdampak pada perekonomian pariwisata. Syukurlah, masih ada wilayah DKI Jakarta yang terjaga keindahan bawah laut maupun keindahan pantainya, yakni pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu.
Melihat tantangan dan ancaman di atas, maka dibutuhkan kerja sama yang baik antara berbagai stakeholder (pemerintah, masyarakat nelayan, dan pelaku industri) demi mencapai ekonomi laut DKI Jakarta yang berkelanjutan.
Upaya Mengoptimalkan Potensi Blue Economy DKI Jakarta
Menurut laporan Imam Fitrianto, di DKI Jakarta peluang wisata bahari sangatlah besar. Karena itu, Pemprov DKI Jakarta menyediakan regulasi yang mendukung pariwisata bahari. Dengan begitu, maka akan menarik para investor lokal maupun asing untuk investasi di bidang ekonomi wisata bahari.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga melakukan kebijakan pengelolaan dan pengawasan atas regulasi-regulasi yang ada. Hampir setiap bulan dilakukan pengawasan di laut untuk mengetahui bagaimana penerapan blue economy dilaksanakan.
Setiap tahun Pemprov DKI Jakarta melakukan berbagai kegiatan konservasi (perlindungan) terhadap ekosistem terumbu karang dan hutan mangrove yang rusak. Bahkan, Pemprov DKI Jakarta turut serta melakukan promosi wisata bahari baik melalui media sosial maupun di berbagai event, dan pameran-pameran, baik di level nasional maupun internasional.
Bahkan, pelaku industri dan masyarakat Jakarta pun bisa turut berperan serta dalam pengembangan blue economy ini. Hal ini karena sifat blue economy itu tidak bersifat eksklusif, melainkan inklusif. Sehingga, berbagai pihak stakeholder bisa ambil bagian dalam memajukan ekonomi biru di Jakarta.
Adapun kegiatan yang bisa dilakukan pelaku industri seperti membangun pelabuhan-pelabuhan dan transportasi laut seperti menyediakan kapal-kapal. Hal ini untuk mendukung kemajuan blue economy. Sedangkan, yang bisa dilakukan masyarakat adalah menjaga lingkungan di wilayah wisata bahari. Masyarakat dapat berperan aktif seperti membuat produk-produk ramah lingkungan untuk dijual kepada wisatawan. Hal ini bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.
Kesimpulan
Perairan laut Jakarta, khususnya di kawasan Kepulauan Seribu bisa menjadi prototipe penerapan blue economy bagi wilayah lain di Indonesia. Mengapa? Karena pulau-pulau kecil di Kepulauan Seribu saat ini telah dikembangkan blue economy berbasis wisata bahari.
Apabila anda berkunjung ke Pulau Tidung Besar dan Kecil, misalnya, anda akan melihat langsung pembudidayaan rumput laut, pembudidayaan ikan kerapuh, dan lopster. Bahkan, ada kegiatan tranplantasi karang. Bahkan, anda bisa ikut bersama-sama masyarakat setempat melakukan kegiatan menanam bibit mangrove.