Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Senang traveling dan tertarik dengan isu-isu Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kerang Hijau sebagai Alternatif Biofilter Perairan Teluk Jakarta

2 Mei 2024   16:11 Diperbarui: 2 Mei 2024   16:17 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kerang hijau teluk Jakarta. (Sumber gambar: bbc.com)

Teluk Jakarta yang berada pada bagian sebelah utara Provinsi DKI Jakarta, ternyata sudah rusak parah selama puluhan tahun lalu. Selain disebabkan oleh aktivitas transportasi laut dan pembangunan di pesisir pantai Jakarta, kerusakan diperparah oleh pembuangan limbah dan sampah ke sungai dan laut.

Data dari Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta menunjukkan, sampai akhir tahun 2014, sebanyak 85% perairan teluk Jakarta telah tercemar sedang hingga berat. Hanya 15% dari teluk Jakarta yang pencemarannya sangat ringan hingga ringan. (Sumber: Tempo.co).

Hasil evaluasi pada tahun 2020, menunjukkan bahwa kualitas air di perairan teluk Jakarta didominasi oleh limbah organik yang masuk melalui 13 sungai dan bemuara di perairan laut teluk Jakarta. Ke-13 sungai tersebut melalui pemukiman padat penduduk dan kawasan industri di wilayah Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Jakarta. (Sumber: Lingkunganhidup.jakarta.go.id).

Berdasarkan hasil penelitian pakar kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB), limbah dan sampah yang masuk ke muara dan teluk Jakarta mengakibatkan kondisi air mengandung silikat sebesar 52.156 ton, fosfat 6.741 ton, dan nitrogen sebesar 21.260 ton. (Sumber: Tempo.co).

Bahkan, sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Science Direct Agustus 2021, mengungkapkan bahwa sejumlah air di kawasan teluk Jakarta telah terkontaminasi oleh obat-obatan, salah satunya ialah paracetamol. Temuan paracetamol oleh para peneliti di teluk Jakarta dengan kadar tinggi ditemukan di dua lokasi, Angke dan Ancol.

Diduga, pencemaran paracetamol berasal dari konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit, dan industri farmasi. Terkait dugaan pencemaran dari konsumsi masyarakat yang berlebihan ini dapat bersumber dari tingginya angka penduduk Jakarta dan bebasnya peredaran obat yang dijual tanpa resep dokter.

Selain itu, rumah sakit dan industri farmasi dapat berpotensi sebagai sumber pencemaran apabila tidak memiliki sistem pengelolaan air limbah yang optimal. (Sumber: Kompas.com).

Dengan kondisi air yang tercemar ini, bagaimana mungkin biota laut di teluk Jakarta dapat bertahan hidup? Sebagai contoh, pada tahun 2015 silam, ditemukan jutaan ikan mati terdampar di pesisir pantai Ancol. Selain dikarenakan faktor cuaca, ikan-ikan yang mati itu dikarenakan meningkatnya populasi fitoplankton di teluk Jakarta.

Meningkatnya populasi fitoplankton, jelas membutuhkan oksigen yang banyak pula untuk hidup, sehingga kadar oksigen di teluk Jakarta menipis. Inilah yang menyebabkan ikan-ikan dan kepiting mabuk hingga mati.

Berdasarkan kajian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), fitoplankton penyebab ikan-ikan mati masal di Ancol itu merupakan jenis Coscinodiscus spp. Meledaknya populasi fitoplankton dipicu oleh meningkatnya kadar fosat dan nitrat dalam air. Penambahan fosat dan nitrat berasal dari curah hujan, sungai dan saluran pembuangan yang bermuara ke teluk Jakarta. (Sumber: Liputan6.com).

Kalau pun masih ada biota laut yang bertahan hidup saat ini, biota tersebut pastilah sudah terpapar limbah, sehingga sangat berbahaya apabila dikonsumsi warga Jakarta. Saya pernah berkunjung ke beberapa lokasi di teluk Jakarta, antara lain: Pelabuhan Muara Angke, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Putri Duyung Ancol. Warna air di ketiga lokasi ini sama: gelap dan banyak bintik-bintik hitam. Tidak hanya itu, aroma tak sedap tercium dari dalam air.

Pertanyaannya, adakah cara efektif untuk mengubah warna air di teluk Jakarta menjadi lebih terang atau jernih, sehingga memungkinkan biota laut hidup dan berkembang biak? Dalam artikel ini, saya mencoba mengusulkan alternatif lain di samping upaya yang selama ini telah dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk menghalau limbah di teluk Jakarta.

Tentu, saya sangat mengapresiasi Pemprov DKI Jakarta yang telah melakukan berbagai upaya untuk membersihkan limbah dari teluk Jakarta, seperti melakukan pengerukan sampah yang menumpuk di pesisir utara Jakarta, menanam pohon bakau, dan membuat jaring atau pagar di setiap sungai yang mengarah ke teluk Jakarta agar sampah tidak sampai masuk ke laut.

Akan tetapi, di samping usaha-usaha itu, perlu juga mempertimbangkan kerang hijau sebagai solusi alternatif biofilter alamiah bagi perairan teluk Jakarta. Emangnya kerang hijau bisa membersihkan limbah dari teluk Jakarta? Mungkin, pertanyaan itu yang ada di benak anda. Jelas bisa dong! Yuk, mari kita berkenalan dengan kerang hijau dan melihat bagaimana kerang hijau menjalankan tugasnya.

Kerang Hijau sebagai Biofilter Alamiah Teluk Jakarta

Kerang hijau atau yang memiliki nama Latin Perna viridis merupakan menu seafood yang populer di Nusantara. Ia biasa dimasak dengan berbagai macam bumbu seperti saus padang, saus tiram, atau direbus saja. Kerang hijau memiliki berbagai macam nutrisi seperti protein, kalium, zat besi, zinc, vitamin A, dll.

Selain bernilai ekonomis, ternyata kerang hijau, juga memiliki fungsi ekologis, loh! Kerang ini memiliki peran penting untuk menyaring secara organik partikel di dalam laut. Hal ini dikarenakan sifat kerang hijau sebagai filter feeder, yaitu biota laut yang mendapatkan makanan dengan cara menyaring air yang melewati tubuhnya. Seekor kerang hijau dewasa diperkirakan mampu menjernihkan air hingga 350 liter sehari. (Sumber: Jagalaut.id).

Karena manfaat ekologisnya ini, maka kerang hijau sangat cocok dijadikan sebagai biofilter alamiah di perairan teluk Jakarta, yakni untuk memulihkan kondisi air laut yang telah tercemar limbah. Etty Riani, peneliti di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, menyebutkan bahwa kerang hijau mampu menyerap logam berat dalam jumlah yang sangat tinggi.

Menurutnya, per satu ekor kerang, kandungan merkurinya mencapai 40mg/kg lebih. Padahal, baku mutu konsumsinya hanya 1mg/kg. (Sumber: Kompas.com). Karena mengandung logam berat, kerang hijau dari teluk Jakarta tidak disarankan untuk dimakan. Apabila dimakan dapat menyebabkan kanker.

Perlunya Budidaya Kerang Hijau di Teluk Jakarta

Saya menyarankan supaya Pemprov DKI Jakarta beserta pemangku kepentingan membudidayakan kerang hijau di teluk Jakarta. Pembudidayaan ini bukan untuk tujuan ekonomis, melainkan untuk tujuan konservasi (pemulihan kondisi perairan teluk Jakarta).

Penebaran kerang hijau dapat dilakukan di tiap wilayah pesisir teluk Jakarta yang kadar limbah atau pencemarannya sangat tinggi. Misalnya, di lokasi Pelabuhan Muara Angke, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Ancol. Lokasi-lokasi ini yang menurut saya warna airnya gelap pekat, sehingga perlu kerang hijau untuk menjernihkannya.

Lantas, apa dampak positif apabila perairan teluk Jakarta bersih dari limbah? Tentu saja, biota laut seperti ikan dan kepiting akan hidup aman dan berkembang biak, burung-burung liar seperti elang dan bangau memperoleh makanan mereka, dan nelayan kecil memperoleh mata pencaharian mereka. Bahkan, sektor parawisawata (wisata bahari) di teluk Jakarta turut merasakan dampak positifnya.

Kepada warga Jabodetabek (Jakart-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi) bersama pemerintah DKI Jakarta, yuk mari kita optimis untuk mencapai target SDGs tujuan 14 Ekosistem Lautan, yaitu melesterikan 10% dari dari kawasan pesisir dan laut atau sekitar 32,5 juta ha pada tahun 2030 mendatang. Mari kita bersama-sama mengupayakan keberlanjutan wilayah perairan teluk Jakarta untuk Jakarta yang Lestari, melalui budidaya kerang hijau sebagai biofilter alamiah, di samping pelestarian hutan bakau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun