Hampir setiap hari saat melintasi Danau Elang Laut di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), saya dan istri melihat kelompok burung bangau putih yang terbang di atas permukaan danau mencari ikan kecil untuk dimakan. Kadang-kadang, kami melihat mereka terbang mencari makan di permukaan kali Cengkareng Drain, PIK.
Burung bangau atau yang kerap disebut bango termasuk spesies burung dari ordo Ciconiiformes dan famili Ciconiidae. Dalam Bahasa Inggris, burung ini dikenal dengan nama Stork. Yang unik dari bangau ialah ia mempunyai kaki, leher, dan paruh yang panjang. Dengan kaki yang tinggi, memungkinkan burung ini untuk berdiri dan berjalan mencari makanan di perairan dangkal.
Meskipun sebagian bangau mempunyai warna bulu yang cerah, sebagian lain ada yang tidak demikian lantaran tergantung jenisnya. Ada juga bangau yang bulunya berwarna hitam. Beberapa spesies bangau tidak mempunyai bulu di kepala dan leher, hanya kulit berwarna merah, pink, atau hitam.
Keunikan lain dari bangau ialah cara terbangnya. Ketika terbang, burung ini akan menjulurkan kepalanya ke depan dan mendorong kakinya ke bekalang. Dengan cara terbang seperti ini, memungkinkan bangau untuk terbang lebih cepat dengan membelah angin secara aerodinamis. Bangau juga memanfaatkan kekuatan angin untuk menghemat energinya.
Bangau termasuk spesies burung yang hidup berkelompok dan bergantung pada lahan basah tetapi hangat. Itu sebabnya, burung ini mudah kita temui di wilayah beriklim hangat dan kering. Mereka juga dapat ditemukan di kawasan rawa, lahan gambut, dan pesisir pantai.
Bangau termasuk spesies burung yang hidup berimigrasi. Ya, mereka berpindah tempat, ketika merasa tidak nyaman dengan tempat tinggal sebelumnya, terutama karena faktor makanan dan cuaca. Teluk Jakarta merupakan habitat bagi burung bangau. Tetapi kini, habitat mereka telah terganggu oleh kehadiran sampah yang dibawa oleh aliran sungai.
Penelitian yang dilakukan oleh oleh Sutapa dkk (2000) menunjukkan, perairan sungai dan muara angke masuk dalam status tercemar berat. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Suhendar dkk (2007) menunjukkan, perairan teluk Jakarta mengalami pencemaran sedang hingga berat berdasarkan indeks keanekaragaman.
Sementara itu, analisis dari Suryani A.S mengenai kasus kematian ikan secara masal di Pantai Ancol tahun 2015 silam mengindikasikan, rendahnya kandungan oksigen di perairan akibat zat pencemar yang berasal dari limbah yang mengandung unsur phospat, sulfat, dan nitrat.
Kemudian, pada tahun 2020, Cordova dkk melaporkan, di mana ada 7 tipe dan 19 kategori sampah yang masuk ke teluk Jakarta melalui sungai Marunda dan Cilincing. Sampah-sampah itu berasal dari sektor domestik, industri maupun komersial di sepanjang sungai-sungai yang melalui wilaya DKI Jakarta sampai ke muara. (Sumber: Kompas.com).
Kondisi air yang tidak sehat di teluk Jakarta karena tercemar, menyebabkan ikan sulit bertahan hidup. Sehingga, sumber makanan bagi burung bangau pun lenyap. Karena krisis makanan inilah, maka tidak heran burung bangau terbang jauh untuk mencari makan sampai ke kali-kali atau danau-danau di kawasan PIK.