Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024 | Juara Favorit Blog Competition Badan Bank Tanah 2025

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bertemu Kakak di Jakarta: Momen Pertemuan yang Mengharukan

7 Maret 2024   14:39 Diperbarui: 7 Maret 2024   14:46 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen makan bareng Kakak Nur. (Sumber gambar: dokpri/Ani Mulyani)

"Selamat malam, Billy, KK mo kase tau insha Allah, eso KK ada iko ibu Lurah dan rombongan lain ada kegiatan Bimtek 3 hari di JKT, berangkat dari Ternate jam 08.00, tiba JKT jam 10.00, KK ada bawa oleh-oleh Cuma kue lapis Tidore saja. Nanti baru datang ambe di Grand Tjokro Hotel", tulis Kakak Nur melalui WA pada 28 Februari 2024.

Membaca pesan itu, hati saya penuh sukacita. Bagaimana tidak, sekitar 7 tahun baru saya bertemu kembali dengan Kakak Nur.

Tahun 2017 lalu, Kakak Nur pernah ikut kegiatan di Jakarta. Kala itu, dia nginap bersama rombongan di Hotel Balairung Jakarta.

Itu adalah kali pertama saya bertemu Kakak Nur, setelah sebelumnya terpisah puluhan tahun. Kok bisa terpisah puluhan tahun dan baru bertemu, gimana ceritanya?

Begini ceritanya...

Momen makan bareng bersama orangtua Kakak Nur. (Sumber gambar: dokpri/Billy Steven Kaitjily)
Momen makan bareng bersama orangtua Kakak Nur. (Sumber gambar: dokpri/Billy Steven Kaitjily)

Dahulu, orangtua saya dari Saparua, Maluku Tengah, merantau ke Jailolo, Maluku Utara. Ibu saya bertugas sebagai guru SMA, tepatnya di SMA Negeri 1 Jailolo, sedangkan ayah saya bertugas sebagai pendeta. Saat itu, ayah saya sedang merintis gereja.

Menurut informasi dari Kakak Nur, suatu hari, ayah saya berpergian ke Desa Hatebicara, sekitar 2 km dari Desa Jati. Lalu, tidak sengaja bertemu dengan ayah dari Kakak Nur, Kene Katjili (alm.). Kala itu, ayah Kakak Nur adalah seorang TNI AD yang sedang bertugas di Hatebicara.

Sejak pertemuan itu, ayah dan ibu saya sering berkunjung ke Hatebicara, sebaliknya juga, ayah dan ibu Kakak Nur sering berkunjung ke rumah orangtua saya di Desa Jati.

Belakangan, orangtua saya baru tahu, kalau marga ayah saya, Jeremias Kaitjily (alm.), sebetulnya berasal dari Kota Tidore Kepulauan, bukan dari Saparua, Maluku Tengah.

Fakta ini disampaikan oleh ayah Kakak Nur kala itu. Jadi, saya dan Kakak Nur adalah saudara, karena marga kami sama.

Yang berbeda adalah orangtua saya menganut agama Kristen, sedangkan orantua Kakak Nur menganut agama Islam. Hingga sekarang, saya tetap menganut agama Kristen, sedangkan Kakak Nur tetap menganut agama Islam.

Sebetulnya, Kakak Nur punya 3 saudara, yaitu Harun Kajily, Muhammad Katjili, Krismawati Katjili, dan yang bungsu Nur Katjili. Akan tetapi, yang saya kenal hanyalah Kakak Nur dan Kakak Wati.

Hal itu karena yang sering mengunjungi kami di Desa Jati adalah ayah dan ibu Kakak Nur. Mereka sering membawa serta Kakak Nur dalam setiap kunjungan. Sementara itu, Kakak Wati sedang di Jakarta.

Kala itu, Kakak Nur baru kelas 4 SD di sekolah Impres Hatebicara. Sedangkan saya dan adik saya, Maikel masih kecil. Umur saya sekitar 1 tahun, ketika Kakak Nur main ke rumah.

Ketika terjadi kurusuhan tahun 1999 sampai 2000, kami terpisah. Orangtua Kakak Nur ke Tidore, Maluku Utara, sedangkan orangtua saya pulang ke Saparua, Maluku Tengah.

Sejak kerusahan itu, kami kehilangan kontak. Saya baru bertemu dengan Kakak Nur pada tahun 2017. Pertemuan kami ini dilatarbelakangi oleh pertemanan di Facebook.

Kala itu, saya tak sengaja menemukan nama Kakak Nur di laman Facebook, lalu saya kirim permintaan pertemanan, kemudian dikonfirmasi oleh Kakak Nur.

Peristiwa tersebut, saya ceritakan kepada ibu saya, dan ibu saya mengonfirmasi kalau itu adalah Kakak Nur yang dulu sering main ke rumah, ketika masih bertugas di Jailolo.

Ketika bertemu Kakak Nur tahun 2017, saya tidak sempat ngobrol banyak, karena kegiatan Kakak Nur yang padat. Baru di pertemuan kedua tahun 2024 ini, saya punya kesempatan untuk ngobrol banyak dengan Kakak Nur.

Saya dan istri mengajak Kakak Nur makan dan nonton bioskop. Hari itu, Sabtu 02 Maret 2024, kami menghabiskan waktu hampir setengah hari bersama dengan Kakak Nur. Senang banget.

Saya juga sempat ngobrol via WA dengan Kakak Wati di Tidore. Kakak Wati berpesan, supaya mengajak ibu dan Maikel ke Tidore.

Jadi, trip saya dan istri bertambah. Kami tidak hanya akan mengunjungi Pulau Saparua, tetapi juga mengunjungi Pulau Tidore.

Tunggu kedatangan kami di Kota Tidore Kepulauan ya, Kakak Nur dan Kakak Wati!

Salam kengen dari ibu adik Maikel, saya dan istri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun