Cerita ini, merupakan kelanjutan dari cerita "Kesan Pertamaku Saat Naik Bus Listrik di Sabtu Pagi". Jadi, sebelum kalian membaca cerita ini, saya sarankan agar kalian membaca cerita sebelumnya.
Setelah turun dari bus listrik di Halte M Bloc pukul 09:08 WIB, rombongan Kopaja71 dan tim Transjakarta berjalan kaki menuju Taman Literasi Martha Christina Tiahahu.
Perjalanan ke taman literasi ini cukup dekat, hanya memakan waktu sekitar 5 menit. Selama di jalan, anggota Kopaja71 asyik mengambil foto, termasuk saya.
By the way, ini adalah kali pertama saya mengunjungi taman ini. Padahal, saya hampir setiap hari melewatinya saat masih berkuliah di Jakarta Selatan.
Setelah rombongan tiba di lokasi, Mbak Bela dan Mas Eka yang menjadi guide kami pada tour kali ini memberi arahan dan penjelasan terkait sejarah taman ini.
Mbak Bela sempat bertanya di awal, apakah Kopaja71 pernah mengunjungi taman ini sebelumnya ataukah belum?
Saya kaget, karena ternyata tak satupun dari anggota Kopaja71 yang pernah mengunjungi tempat ini, setidaknya saat direvitalisasi mulai 21 Oktober 2021.
Sebelum taman ini berubah wujudnya seperti saat ini, salah satu anggota kami, yaitu Pak Sam sering mengunjunginya.
Bagaimana wujud taman ini pada masa lalu?
Menurut Mbak Bela, dulunya taman ini sangat kumuh. Mbak Bela, kemudian menunjukkan foto taman ini pada masa lalunya. Di mana, di foto itu, terlihat pakain yang dijemur dan ada kolam besar berisi air.
Informasi ini, kemudian diperkuat oleh Pak Sam. Beliau mengatakan kalau dahulu, di taman ini, banyak pengamen yang berkumpul. Jadi, taman ini menjadi rumah mereka.
Seiring dengan dinamika Kota Jakarta, taman ini kemudian direvitalisasi. Menurut data dari Wikipedia, taman ini dibangun dan dikelola oleh salah satu anak Perusahaan PT MRT Jakarta (Perseroda), yakni PT Integrasi Transit Jakarta.
Taman ini, mulanya, direvitalisasi untuk memperbaiki area cakupan hijau yang ada. Akan tetapi, dalam sambutan pada acara peresmiannya, mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, berharap supaya taman tersebut, bukan sekadar dijadikan sebagai ruang terbuka hijau, lebih dari itu, taman ini, bisa menjadi sarana literasi nasional.
Setelah penjelasan singkat tentang sejarah taman ini oleh Mbak Bela, kami diajak untuk menjawab beberapa pertanyaan (quis berhadiah) terkait jenis tanaman yang tumbuh di Jakarta Selatan pada masa lalu.
Seingat saya, ada 2 orang yang menjadi pemenangnya, yaitu saya sendiri dan Ibu Purba. Kedua pememang ini, langsung diberikan hadiah kipas tangan cantik dari Mbak Bela.
Selanjutnya, kami diajak berkeliling taman ini, untuk melihat beberapa fasilitas yang disediakan. Apa saja fasilitas di taman ini? Yuk ikuti terus cerita ini.
Aksesibilitas bagi kaum disabilitas. Ketika memasuki gedung taman ini, persis di sebelah kiri, kita akan melihat akses jalan ke taman atas atau taman Abubu yang dikhususkan bagi kaum disabilitas. Mereka yang menggunakan kursi roda, misalnya, bisa menikmati keindahan taman ini dari atas atap.
Ruang baca/perpustakaan. Di taman ini, disediakan ruang baca/perpustakaan berukuran mini. Di dinding kaca perpustkaan, tertulis peraturan masuk kedalam perpustakaan dan informasi jam operasional perpustakaan.
Lemari buku mini dari Periplus. Selain perpustakaan, ada juga lemari buku mini dari Periplus. Teman taman bisa mengambil buku dari lemari tersebut, lalu membacanya di tempat yang kita inginkan. Kita juga bisa menyumbang buku untuk lemari mini ini.
Toilet. Di taman ini tersedia toilet bagi pria dan wanita. Lokasinya dekat dengan playground. Yang menarik dari toilet ini adalah desainnya. Ada sekitar 2 pohon yang tumbuh di tengah gedung ini. Di atas gedung toiletnya tumbuh rumput-rumput hijau. Jadi, pembangunan toilet ini tidak menghalangi pertumbuhan pohon.
Taman dinosaurus (taman anak/playground). Ada juga taman anak yang nyaman. Menurut Mbak Bela, taman anak ini, sengaja dibuat, agar para ibu bisa menikmati bacaannya, sambil menemani anaknya bermain.
Plaza bunga. Selain itu, ada juga plaza bunga. Di lokasi ini begitu hijau, karena tumbuh banyak jenis pohon seperti pohon kayu putih, mangga, sawo, jati, dan lain-lain. Saya tidak melihat bunga di sini. Kok namanya plaza bunga, yak? Ha-ha.
Nah, itu tadi, beberapa spot yang kami kunjungi ketika berada di teman literasi. Sebenarnya, masih banyak lagi spot-spot keren yang tersedia di taman baca ini, seperti kafe, taman atap Abubu, spot foto box, dll. Tapi, berhubung terbatasanya waktu, kami tidak bisa mengunjungi semuanya.
Dari Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, rombongan menuju M Bloc Space, yang lokasinya tidak jauh dari taman baca.
Seperti apa M Bloc Space dan apa saja yang ada di dalamnya? Nantikan kelanjutan ceritanya, ya kawan-kawan! Sampai jumpa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H