Anak remaja ayah dan bunda sudah mulai pacaran? Itu normal! Sebab, pada masa pubertas, yaitu usia 10 hingga 18 tahun, rasa suka atau tertarik pada lawan jenis sudah mulai dirasakan anak remaja kita. Hal ini terjadi, karena hormon seksual atau reproduksinya meningkat.
Dikutip dari laman Hellosehat.com, biasanya, perkembangan psikologi remaja dan kedewasaannya sudah cukup baik pada usia 16 tahun. Pada usia ideal ini, anak remaja mulai berpergian berduaan dengan pasangannya. Hal ini terjadi, karena mereka telah memiliki keberanian dan rasa aman.
Pada fase ini, biasanya, orangtua akan merasa khawatir, ketika mengetahuinya anak remajanya sudah berpacaran. Orangtua, biasanya memikirkan dampak-dampak buruk yang timbul ketika anak remaja mereka berpacaran.
Lalu, apa yang seharusnya orangtua lakukan saat mengetahui anak remajanya berpacaran? Yuk simak penjelasan lengkap soal bagaimana orangtua menyikapi fenomena anak atau remaja berpacaran.
1. Lakukan Pendampingan
Ayah dan bunda, penting untuk diketahui bahwa, ketika anak remaja kita mulai pacaran, jangan larang mereka. Yang mesti dilakukan adalah damping mereka.
Kalau kita melarang anak remaja kita untuk tidak berpacaran, maka yang terjadi adalah mereka akan menjaga jarak dari kita. Lebih buruk lagi adalah mereka akan cenderung menjalani hubungan secara diam-diam. Tentu, kita tidak ingin mereka seperti ini bukan?
Apabila anak remaja kita menjalani hubungan secara sembunyi-sembunyi, hal ini akan mempersulit kita memantau aktvitas mereka. Karena itu, daripada melarang mereka, lebih baik ayah dan bunda mendampingi mereka.
Minta mereka untuk memperkenalkan pacar mereka, bila perlu ajak ke rumah, agar kita semakin mengenal pasangan mereka. Ketika ayah dan bunda membangun suasana positif dengan mereka, otomatis mereka akan menghargai kekhawatiran kita.
2. Berikan Edukasi Seks
Ketika anak remaja kita memasuki masa pacaran, penting untuk ayah dan bunda memberikan edukasi seks kepada mereka. Pendidikan seks, mungkin telah mereka pelajari di sekolah, tetapi tidak ada salahnya apabila ayah dan bunda mengulanginya.
Pendidikan seksual akan membantu anak remaja kita mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan dengan pasangannya pada masa pacaran.
Biasanya, di usia remaja, rasa ingin tahu anak sangat tinggi, sehingga tidak jarang, mereka ingin mencoba melakukan hal-hal baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya, termasuk aktivitas seksual.
Apalagi, di era teknologi seperti sekarang ini, aktivitas seksual seperti berpelukan, berciuman, hingga malakukan hubungan intim, dapat mereka akses dengan mudah melalui kanal YouTube dan media sosial lainnya. Sehingga, hal ini semakin memperbesar keingintahuan mereka.
Ayah dan bunda bisa menjelaskan risiko-risiko yang timbul, jika mereka melakukan hubungan seksual dengan pacar mereka, mulai dari hamil di luar nikah, hingga tercangkit penyakit kelamin.
Dengan melakukan edukasi seks, maka diharapkan anak remaja kita tidak terjerumus dalam hal-hal negatif yang dapat membahayakan masa depannya.
3. Jelaskan Konsekuensinya
Dulu, saat saya beranjak remaja dan mulai pacaran, saya tidak terlalu tahu konsekuensi dari menjalin hubungan dengan pacar saya. Kebetulan, saat itu, orangtua saya tidak memberitahu kepada saya konsekuensi dari pacaran.
Yang saya rasakan kala itu adalah happy. Hingga suatu kali, hubungan saya putus di tengah jalan. Di saat itulah, saya baru menyadari bahwa, pacaran itu tidak selalu bahagia, tetapi juga menyakitkan.
Nah, tugas ayah dan bunda adalah menjelaskan kepada mereka bahwa, pacaran itu tidak selamanya mulus. Ada kalanya bahagia, tetapi adakalanya merasa kecewa karena disakiti.
Ajarkan mereka pentingnya menyiapkan mental saat mulai pacaran, sehingga mereka lebih siap untuk menghadapi risiko dalam berpacaran, terutama saat mengalami patah hati.
Selain itu, ayah dan bunda, juga perlu memberitahu kepada anak remaja tanda-tanda dari hubungan yang tidak sehat serta mengarah kepada kekerasan. Dengan begitu, mereka akan lebih peka terhadap hubungan mereka.
4. Selalu Mendoakan Mereka
Terakhir, yang tidak kalah pentingnya adalah, ayah dan bunda harus tetap mendoakan hubungan mereka. Kalau kita tidak bisa melakukan dengan baik ketiga hal di atas: mendampingi, memberi edukasi seks, dan memberi penjelasan terkait konsekuesi pacaran, minimal kita mendoakan mereka.
Pasalnya, doa itu mengandung kuasa. Rasul Yakobus mengakuinya, dia pernah berkata demikian, "Doa orang benar apabila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya."
E. M. Bounds mengingatkan, "Empat hal yang harus selalu diingat: Tuhan mendengar doa, Tuhan mendengar doa, Tuhan menjawab doa, dan Tuhan memberikan melalui doa."
Dengan doa yang dipanjatkan terus-menerus dan dengan iman yang kuat, maka anak-anak remaja kita dapat terhindar dari segala hal buruk yang menimpanya.
Nah, itu tadi, beberapa hal yang harus dilakukan orangtua, ketika mengetahui bahwa, anak remajanya mulai pacaran. Semoga artikel ini bermanfaat bagi pembaca Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H