Yang menarik adalah style tulisan seperti ini, bisa dilakukan kapanpun dan di manapun dengan menggunakan handphone. Kita bisa menulis sambil mengantre di loket atau saat sedang menunggu waktu keberangkatan kereta api atau pesawat. Intinya, menulis spontan bisa dilakukan di sembarang tempat dan waktu.
Memang, harus diakui, tidak selalu kualitas tulisan yang dihasilkan dari proses menulis spotan itu baik. Adakalanya, hasil tulisan saya buruk, sehingga tidak dilirik oleh editor Kompasiana. Buktinya, dari 201 artikel saya yang ditayangkan di Kompasiana, hanya 152 artikel yang berlabel Pilihan, sedangkan 49 artikel lainnya tidak berlabel. Syukurlah, ada 10 artikel yang masuk Headline.
Sebenarnya, penulisan spontan dapat melatih daya kepekaan kita. Dengan menulis spontan, kita akan terlatih menangkap pesan penting dari setiap peristiwa maupun momentum. Selain itu, kita juga terlatih untuk menulis cepat.
Tidak terasa, sejauh ini, saya telah cukup banyak menghasilkan artikel di Kompasiana yang lahir dari peristiwa yang dialami sehari-hari. Peristiwa-peristiwa, yang nampaknya biasa-biasa saja bagi saya, tetapi ternyata bermakna bagi pembaca Kompasiana.
Nah, itu tadi, penjelasan mengenai style menulis secara terencana dan spontan. Kalau kalian lebih ke style menulis yang mana?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI