Pernahkah kalian ditanya-tanya soal "kapan menikah"?Â
Pertanyaan soal kapan menikah, biasanya, sering ditanyakan pada saat kumpul keluarga besar atau reunian akbar. Perkumpulan semacam itu, biasanya, sebagai ajang untuk pamer kesuksesan.
Saya pernah ada di fase menunda menikah, sebelum akhirnya memutuskan menikah pada tahun 2022 lalu. Pada fase itu, tidak jarang, saya ditanya-tanya soal kapan menikah, baik dari anggota keluarga maupun dari teman/sahabat.
Memang, harus diakui bahwa, ada di antara penanya yang peduli. Tapi, ada pula yang hanya kepo. Setiap individu, tentunya, memiliki pertimbangan masing-masing, mengapa ia menunda menikah. Artikel ini, hendak mengungkapkan sejumlah alasan fundamental mengapa saya menunda menikah.
Alasan Fundamental Mengapa Saya Menunda Menikah
Ketika ditanya-tanya mengapa saya belum menikah oleh anggota keluarga maupun teman/sahabat, saya akan meresponsnya dengan beberapa alasan mendasar yang sebentar akan kita lihat bersama.
1. Ingin Fokus Kuliah
Salah satu tren di kalangan anak-anak millenial pada zaman now adalah keinginan untuk menggapai pendidikan setinggi-tingginya. Mereka ingin memiliki jaminan hidup yang baik di masa depan.Â
Tren seperti ini, tentunya, tidak ditemukan pada generasi orangtua kita zaman old. Setiap generasi nyatanya memiliki tren yang berbeda-beda dan perlu disikapi dengan cara yang berbeda-beda pula.
Saya sendiri, telah membuat standar/ekspektasi pada diri saya, yaitu harus bisa kuliah sampai di level S2 sebelum memutuskan untuk menikah. Jadi, ketika ada orang yang bertanya "kok belum menikah"? Dengan mudah saya akan menjawab mereka bahwa, saya ingin fokus kuliah dulu.
2. Ingin Bekerja dan Menabung
Tren berikut adalah keinginan kaum milenial untuk meraih prestasi dalam karier. Pendidikan dan karier adalah dua hal mendasar yang mesti digengam oleh milenial dalam konteks kini.Â
Pendidikan dan karier, juga bisa menjadi senjata yang ampuh untuk ajang pencarian jodoh atau ajang lamaran. Umumnya, para orangtua bakal merestui anaknya menikah dengan pasangan yang mapan.
Saya sendiri, secara sengaja memilih untuk menunda menikah demi mengejar karier. Kan malu ya, kalau nanti pas menikah, saya tidak punya uang tabungan dan "pinjam 100 dulu". Apalagi, proses menikah direncanakan diadakankan di Jakarta. Tentu, membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
3. Ingin Melakukan Hobi
Alasan yang ketiga ini, barang kali, lebih bersifat subjektif. Artinya, tidak semua kaum millenial di masa kini melakukannya. Saya pernah secara tak sengaja menonton sebuah video camping dari seorang YouTuber asal Bali.
Dalam rekaman video tersebut, sang YouTuber menyatakan perasaan menyesal, karena tidak bisa lagi melakukan camping lebih leluasa, setelah menikah.
Itulah sebabnya, saya menunda menikah, karena ingin melakukan hobi saya sepuas-puasnya, sebelum akhirnya menikah. Sebelum menikah tahun 2022 lalu, saya sering mengoleksi buku. Hampir setiap bulan saya membeli buku, sehingga saat ini telah terkumpul lebih dari 400 judul buku di perpustakaan pribadi saya.
Setelah menikah, boleh dibilang, saya sudah jarang mengoleksi buku. Hal ini, karena kebutuhan ekonomi keluarga yang terus meningkat. Apakah saya kemudian menyesal karena sekarang sudah tidak sering mengoleksi buku? Sama sekali tidak, karena saya sudah melakukannya dulu.Â
Jadi, bepergianlah, lakukan hobi kalian sepuasnya selama masa penundaan. Jangan sampai menyesal, setelah menikah.
4. Ingin Mempererat Relasi Pacaran
Alasan terakhir, mengapa saya memilih menunda menikah adalah karena saya ingin mengenal lebih jauh pacar saya (sekarang telah menjadi istri). Bagi saya, menikah itu mudah, yang susah adalah menjalankan pernikahan. Tidak heran, banyak keluarga-keluarga millenial yang kemudian bercerai, karena tidak bisa mengatasi konflik.
Salah satu cara, agar pernikahan kita langgeng dan awet adalah dengan mempererat relasi, ketika masa pacaran. Masa pacaran adalah masa yang tepat untuk mengenal pribadi pasangan kita, mulai dari kebiasaan, sifat, hingga hobinya. Sehingga, kelak setelah masuk dalam bahtera pernikahan, kita sudah tidak kaget lagi, karena kita cukup tahu bagaimana menyikapinya.
Itu sebabnya, saya memilih pacaran selama 5 tahun. Saya kira, masa 5 tahun adalah masa yang ideal untuk mengenal seluk-beluk pasangan saya. Tentunya, waktu ini, tidak mesti kalian ikuti.Â
Kalian sendiri yang menentukan berapa lama mesti pacaran. Pokoknya, sampai yakin bahwa, kalian sudah cukup mengenal pasangan kalian, barulah memutuskan untuk menikah.
Apakah Menunda Menikah Bisa Bahagia?
Pernahkah kalian (terutama cowok) mendapat pernyataan seperti ini: "wah, enak ya, sekarang sudah ada yang masak", "enak ya, sekarang sudah ada yang ngurus", atau "enak ya, sekarang tidur sudah ada yang nemanin". Saya pernah mendapat pernyataan-pernyataan seperti itu dari teman-teman saya.
Pernyataan seperti di atas, bisa jadi sebuah bentuk kepedulian, tapi juga bisa jadi sebuah bentuk candaan. Biasanya, saya akan melihat suasananya dulu, sebelum memberi respons. Kalau suasananya canda, saya akan menanggapinya dengan candaan, tapi kalau suasananya serius, saya tanggapi dengan cara serius pula.
Saya ingin mengajak kalian berefleksi dari beberapa pernyataan di atas. Memangnya, pada masa sebelum menikah seseorang tidak bisa mengalami senang atau bahagia? Memangnya, ketika seseorang jomlo, ia tidak bisa menikmati keadaan senang dan bahagia?
Berdasarkan pengalaman saya menunda menikah, jujur saya bahagia. Saya bahagia, ketika saya bisa lulus pendidikan magister; saya bahagia, ketika setiap bulan saya bisa membeli buku; saya bahagia, ketika setiap bulan mengirim uang ke orangtua; saya bahagia bekerja dan mengumpulkan uang. Saya bahagia melakukan sesuatu sendirian.
Lalu, setelah menikah, apakah kemudian saya kehilangan kebahagiaan? Tentu saja tidak, malah justru tambah bahagia, karena sekarang melakukan pekerjaan jadi lebih mudah, karena dilakukan bersama-sama. Menurut saya, jika di dalam rumah tangga suami dan istri bisa kompak, maka pernikahan itu mendatangkan kaharmonisan.
Jadi, baik menunda menikah maupun memutuskan menikah, sama-sama bisa kita nikmati kok. Namun, perlu dicatat bahwa, hal ini, bergatung pada cara berpikir dan bertindak kita.
Apakah hal menunda menikah itu salah? Kenyataannya, tidak! Malah, baik untuk dijalankan. Menunda menikah memiliki banyak keuntungan yang bisa kita rasakan di masa depan. Teruntuk generasi millenial yang sedang menunda menikah, selamat menikmati masa-masa penundaan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H