Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kopaja71 Temu Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gagas RI ke-7

7 Februari 2024   15:56 Diperbarui: 7 Februari 2024   17:41 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anggota Kopaja71 makan malam di acara Gagas RI ke-71. (sumber gambar: dokpri/Kopaja71)

Selasa, 6 Februari 2024, Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71) mendapat kesempatan istimewa menghadiri Gagas RI Eps. 7, yang diselenggarakan oleh Kompas TV di Bentara Budaya Jakarta.

Gagas RI kali ini, mengangkat tema "Berdaulat untuk Kesejahteraan Rakyat," dengan narasumbernya Raja dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Beberapa hari jelang acara, di WAG Kopaja71 ramai membahas pendaftaran. Konon, pendaftaran Gagas RI dibatasi hanya 30 orang.

Mula-mula, hanya 9 orang yang mendaftar, tetapi jelang acara, jadi 14 orang. Kami janjian berkumpul di Bentara Budaya pada pukul 17:30 WIB.

Cuaca pada Selasa 6 Februari sangat tidak bersahabat, hujan terus dari pagi hingga malam. Di WAG, sempat diinfokan perkiraan cuaca di beberapa wilayah pada hari itu.

"Kebon Jeruk mendung," tulis pak Wibi.

"Tanah Abang gerimis," tulis mas Taufik.

Meskipun cuaca tak bersahabat, 14 anggota Kopaja71 tetap bisa datang di Bentara Budaya. Mula, mula ibu Saul, kemudian menyusul anggota yang lain.

Saya sendiri tiba di lokasi sekitar pukul 18 lewat sedikit. Waktu mau parkir sepeda motor, saya ketemu pak Inayat. Saya minta beliau menunggu saya.

Kami lalu berjalan menuju lokasi. Ternyata, di halaman depan Bentara Budaya sudah ramai dengan para peserta Gagas RI. Kebanyakan dari mereka memakai batik.

Kami mulai mengamati anggota Kopaja di antara kerumunan orang banyak. Dan, ketemu mereka sedang duduk di bagian pojok sebelah kiri gedung Bentara Budaya.

Di situ, sudah ada bang Horas (ketua Kopaja71), mbak Rere, pak Syaiful, dan bu Saul. Kami berdua langsung bergabung. Sementara itu, beberapa anggota masih dalam perjalanan.

Tidak lama kemudian, panitia acara mendatangi kami dan meminta kami melakukan registrasi ulang, lalu mempersilakan untuk makan malam. Asyik!

Setelah melakukan resgitrasi ulang, kami menuju ruang makan malam. Wow! Ada banyak menu makanan di sini. Ada bakso, sate, telur rebus campur saus, tempe goreng, dan ayam. Ada buah-buahan juga seperti pisang.

Tanpa berlama-lama, anggota Kopaja71 langsung menghadap meja makan. Omjay dan mbak Rere mengambil semangkok bakso. Sedangkan saya, mengambil sepiring nasi putih dengan lauk telur, tempe, ayam, dan sate.

Ilustrasi anggota Kopaja71 makan malam di acara Gagas RI ke-71. (sumber gambar: dokpri/Kopaja71)
Ilustrasi anggota Kopaja71 makan malam di acara Gagas RI ke-71. (sumber gambar: dokpri/Kopaja71)

Setelah makan kenyang, kami sempat foto bersama, sebelum menuju ruang acara. Saya sempat deg-degan, ketika memasuki ruang acara. Bagaimana tidak, ini adalah kali pertama saya mengikuti Gagas RI. He-he.

Kameramen Kompas TV mengarahkan anggota Kopaja71 untuk mengisi tempat duduk di bagian belakang. Nggak papalah duduk di bagian belakang, yang penting bisa menyaksikan pidato Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Saya dan tiga teman mengisi deretan bangku yang ada di sebelah kiri. Bang Horas dan pak Wibi mengisi bangku di sebelah kanan. Sedangkan, Omjay, mbak Rere,d dan beberapa teman mengisi deretan bangku di bagian tengah.

Malam itu, kami dikelilingi tiga kamera berukuran besar yang siap meliput jalannya acara. Beberapa saat kemudian, tampilah pemandu acara (moderator) bernama pak Sukidi. Segera beliau menyapa narasumber, para panelis, petinggi Kompas, dan tamu undangan yang hadir.

Setelah itu, beliau membacakan poin-poin penting yang menjadi fokus diskusi. Yang menarik perhatian saya adalah, beliau membacakannya di layar TV berukuran besar di bagian belakang. Wah, begitu rupanya kalau jadi moderator di acara TV, kata saya dalam hati.

Moderator mempersilahkan sesi selanjutnya kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk menyampaikan pidatonya. Dari arah belakang, beliau berjalan dengan hati-hati menuju panggung, menyapa petinggi-petinggi Kompas, para panelis, dan tamu undangan, lalu membacakan orasinya.

Itu adalah kali pertama saya melihat dan mendengar beliau berbicara dari dekat. Amazing banget! Sebuah kesempatan yang mungkin tidak akan pernah terulang kembali. Tentu saja, Kopaja71 sangat bersyukur mengikuti Gagas RI kali ini yang menhadirkan Sri Sultan Hamengku Bowono X.

Dari pembacaan orasi beliau itu, ada satu kalimat yang berkesan bagi saya bahwa, menjadi pemimpin itu seharusnya tidak merasa berkuasa. Karena kekuasaan itu, diabadikan bagi rakyat. Karena itu, seorang pemimpin tidak perlu meminta jatah.

Dari beliau, saya belajar tentang arti menjadi pemimpin bagi rakyat yang sesungguhnya. Pemimpin harus mencintai rakyatnya. Pemimpin harus mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan diri bahkan komunitas partainya.

Terima kasih banyak Kompasiana yang telah memilih saya dan teman-teman Kopaja71 sebagai peserta dari Generasi Penggagas di Gagas RI Eps. 7 tadi malam. Terima kasih, juga untuk kawan-kawan Kopaja71 buat kebersamaan kita tadi malam.

Salam Generasi Penggagas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun