Hari ini, Selasa 6 Februari 2024, saya berkesempatan mengunjungi Kawasan Ekowisata Mangrove yang berlokasi di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Kali ini saya datang sendirian, nggak ajak istri, karena dia bekerja.
Kebetulan, kawasan ekowisata mangrovenya dekat banget dengan lokasi mengajar istri, yaitu di PIK I. Nah, jadi setelah mengantar istri pagi tadi, saya langsung singgah di kawasan ini.
Saya cukup lama penasaran dengan kawasan tersebut, karena hampir setiap hari melewatinya. Dan, hari ini, saya memutuskan untuk mampir.
Saya tiba di lokasi sekitar pukul 11.30 WIB, langsung ke pos pendaftaran. Biaya masuknya terbilang sangat murah, yaitu Rp 6.000 per orang (sudah termasuk parkir sepeda motor). Sudah gitu, kita bisa berlama-lama di dalam hingga pukul 17.00 WIB.
Untuk sepeda motor, parkirnya di bagian dalam dan tidak boleh melewati Mushola. Sedangkan, mobil parkirnya di bagian luar di depan pintu masuk utama.
Di samping pintu masuk atau gapura, persis di sebelah kanan, berjejer kios-kios kecil yang menjual makanan dan minuman ringan. Jadi, kalian tidak perlu membawa makanan dari rumah, kalau datang ke sini, karena ada pedagang makanan.
Sekarang, saya akan mengajak kalian untuk mengeksplorasi kawasan ekowisata mengarove. Sudah siap? Yuk mari kita mulai.
Ada Apa di Kawasan Ekowisata Mangrove?
Ketika memasuki pintu utama, persis di sebelah kanan jalan, kita akan melihat sebuah gedung yang berisi kantor, toilet, dan Mushola di lantai dua.
Di dinding bagian dalam terpajang foto-foto aktivitas para pecinta mangrove, termasuk foto Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Makarim. Selain itu, ada beberapa sertifikat yang dipajang.
Yang menarik adalah di bagian belakang gedung ini terdapat pintu masuk ke Jembatan Cinta. Jembatan Cinta panjangnya sekitar 1 km. Tadi, saya sempat coba, seru banget, karena kita bisa melihat dari dekat hutan mangrovenya.
Sementara itu, di sebelah kiri jalan dari arah pintu utama, kita bisa melihat pemandangan Danau Asmara. Menariknya, danau ini merupakan campuran air tawar dan air laut (payau). Waktu liburan di Pulau Pari Kepulauan Seribu lalu, saya sempat mencicipi air payau, rasanya itu agak asin.
Ketika saya berjalan kaki menyusuri hutan mangrove, saya melihat para pemancing yang duduk memancing ikan di sepanjang tepi Danau Asmara. Ternyata, banyak ikan di danau ini, yang didominasi ikan mujair.
Di sepanjang jalan hutan mangrove ini dibangun tempat-tempat duduk dari kayu sebagai tempat bersantai bagi para wisatawan. Ada rumah pohon dan gasebo. Selain itu, ada juga lokasi untuk pembibitan hutan mangrove.
Jadi, kalau kalian ingin menanam pohon mangrove, kalian bisa datang ke sini. Kalian bisa bekerja sama dengan pengelola kawasan ekowisata mangrove. Pihak pengelola akan menyediakan bibitnya, hingga perawatan tanaman mangrove, tentu dibayar ya!
Di kawasan ini, juga terdapat berbagai habitat satwa seperti biawak, tupai, monyet, ikan, burung, dan lain-lain. Saya sangat beruntung, tadi sore saat menyusuri jalan, saya berpapasan dengan biawak gede banget dan monyet ekor panjang.
Sekitar 1 jam menyusuri hutan mangrove, tiba-tiba hujan deras, sehingga saya harus mengakhiri petualangan saya. Sambil menunggu hujan reda, saya memesan segelas kopi yang saya beli di kios depan pintu utama. Harga segelas kopi, yaitu Rp 4.000 -- cukup murah untuk ukuran Jakarta.
Mengenal Mangrove dan Manfaatnya
Tanaman mangrove yang saya telesuri tadi sore, terdiri dari beberapa jenis, di antaranya adalah Bakau Minyak (Rhizphora apicula), Putut/Tumu (Brugguiera gymnorrhiza), Bakau Kurap (Rhizophora mucironata), dan lain-lain.
Apa manfaat hutan mangrove? Hutan mangrove bermanfaat sebagai penyedia oksigen (o2), ia menjadi habitat satwa seperti monyet dan berbagai satwa lain, ia bermanfaat sebagai penjernih dan penyaring air asin, ia bermanfaat sebagai penahan abrasi dan erosi, ia mencegah intrusi air, bahkan tsunami.
Bayangkan, bila kawasan ekowisata mangrove rusak, Jakarta akan tenggelam jika dihantam gelombang laut (tsunami). Karena itu, Dinas Kehutanan Provinsi DKI Jakarta berkomitmen untuk melestarikan hutan mangrove ini. Sehingga, hutan ini, kini menjadi benteng pertahanan terakhir bagi Jakarta.
Manfaat lain dari hutan mangrove ialah ia menyerap karbon lima kali lebih banyak dari hutan yang lain. Amazing! Jadi, yuk mari kita peduli hutan mangrove.
Sebagai bukti kecintaan kita pada lingkungan, kita bisa datang langsung ke kawasan ekowisata mangrove dan menanam bibit mangrove. Bila kita bisa menanam 1 pohon saja, maka ada sejuta manfaat yang bisa kita peroleh.
Nah,itu dia, sedikit pengalaman saya menyusuri kawasan hutan mangrove. Bagaimana, kalian tertarik untuk mengunjunginya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
