Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Narablog

Senang traveling dan senang menulis topik seputar Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Dear Mahasiswa, Ini Manfaatnya Jika Kamu Mengoleksi Buku

3 Februari 2024   16:12 Diperbarui: 3 Februari 2024   16:13 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kumpulan koleksi buku pribadi. (sumber gambar: dokpri/Billy Steven Kaitjily)

Sewaktu berkuliah di Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti Malang tahun 2009 silam, saya tidak punya sponsor buku, sehingga hanya bisa mengandalkan pinjaman buku dari perpustakaan kampus. Itupun, waktu pinjamannya dibatasin.

Persoalan lain adalah, terbatasnya jumlah buku di perpustakaan, khususnya buku teks yang diwajibkan oleh dosen, sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, mahasiswa harus mengantre. Saya pernah mengalaminya beberapa kali dan enggak enak.

Karena kondisi inilah, saya lalu bertekad untuk membeli buku, jika punya uang -- sekalipun itu adalah uang jajan saya selama sebulan.

Tahun 2011, saya mendapat tugas pelayanan selama 2 semester di daerah Pasuruan, Jawa Timur. Di Pasuruan, saya bantu melayani sebuah gereja yang lumayan besar.

Beruntung sekali, di akhir pelayanan selama 1 semester, gereja tersebut memberi saya Persembahan Kasih (PK) sebesar Rp 1 juta -- sebagai ucapan terima kasih. Itu adalah uang yang sangat besar bagi saya.

Saya masih ingat betul, malam itu, saya kembali ke kampus dengan wajah berseri, saking senangnya menerima amplop Persembahan Kasih dari umat Tuhan di Pasuruan.

Hari Senin pagi, setelah makan siang, saya mengunjungi toko buku Gandum Mas yang berlokasi di dalam kampus. Kalian tentu tahu maksud kunjungan saya. He-he.

Yup, saya langsung borong buku teologi di toko buku Gandum Mas. Beberapa buku yang saya beli saat itu, diantaranya adalah: Arkeologi dan Sejarah Alkitab, Teologi Penggembalaan, Teologi Sistematika, dan lain-lain. Dalam sekecap uang Rp 1 juta ludes dipakai untuk beli buku.

Tuhan sungguh baik, di semester berikutnya, saya kembali dipercayakan untuk melayani di gereja yang sama. Dan, diakhir pelayanan, saya kembali menerima Persembahan Kasih dari umat Tuhan, yaitu sebesar Rp 1 juta. Uang itu saya gunakan untuk beli buku lagi.

Diantara teman-teman seangkatan, hanya saya, dan satu teman yang memiliki koleksi buku cukup lengkap, terutama buku-buku teks. Karena itu, saya tidak perlu lagi repot-repot meminjam buku di perpustakaan.

Di kamar asrama, saya memiliki satu rak buku yang tidak terlalu besar, cukup untuk menampung buku-buku penting selama kuliah. Kadang-kadang, teman-teman meminjam buku-buku saya itu. Satu pesan saya ke mereka yang meminjam buku saya, "tolong jangan sampai rusak."

Saya termasuk tipe orang yang merawat barang, terutama buku. Jadi, kalau ada yang merusak buku saya, saya sangat marah -- bila perlu saya minta diganttiin. Mengapa saya sebegitunya? Karena saya sudah rasakan betapa susahnya membeli buku.

Kebiasaan mengoleksi buku sejak kuliah S1, ternyata kebawa hingga saya kuliah S2 tahun 2019 lalu. Mula-mula, saya membuat daftar buku berdasarkan silabus kuliah, lalu mulai menyicilnya setiap awal bulan. Mengapa di awal bulan, karena itu bertepatan dengan saya gajian. Jadi, buku selalu jadi prioritas setiap bulan.

Meskipun setiap bulannya saya hanya bisa membeli 1 atau 2 buku, hal itu tetap berguna bagi saya kelak. Terbukti, ketika momen menyusun Tesis tiba, saya tidak perlu repot-repot meminjam buku di perpustakaan, sebab koleksi buku saya sudah cukup untuk referensi penulisan Tesis.

Setelah menyelesaikan tesis dan diwisuda Oktober 2023 lalu, koleksi buku saya terus bertambah. Sore ini saya iseng menghitung jumlah koleksi buku saya. Angkanya cukup mengagetkan saya, emang berapa banyak bukunya bro, Billy? Total keseluruhan buku saya mulai dari kuliah S1 hingga S2 adalah 405 judul.

Sebenarnya, saya sudah menyumbang puluhan buku saya ke beberapa sekolah teologi seperti di Ambon dan di Bali, karena ruangan yang tidak memungkinkan untuk menampung semua buku saya.

Karenanya, ke depan, saya tidak membeli buku fisik dulu, karena keterbatasan ruangan. Sebagai gantinya, saya mengoleksi buku elektronik/e-book.

Saya benar-benar mendapat menfaat yang besar dari mengoleksi buku, baik ketika masih mahasiswa maupun setelah menjadi dosen saat ini. Dari koleksi buku itu, telah lahir karya-karya akademis seperti skripsi, tesis, jurnal, dan buku.

Selain itu, sebagai seorang pelayan Tuhan yang aktif melayani di gereja, saya mendapat manfaat dari mengoleksi buku, salah satunya memudahkan saya untuk membuat bahan renungan bagi umat Tuan.

Itulah secuil pengalaman saya dalam mengoleksi buku sejak kuliah. Kalau kalian mahasiswa, tidak salah jika kalian mencobanya. Percayalah, kalian nggak bakal rugi kok, ketika memutuskan untuk mengoleksi buku, baik yang berbentuk fisik maupun e-book.

Semoga pengalaman saya ini bermanfaat, ya! Salam literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun