Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita Anak Desa yang Berhasil Naik ke Puncak Monas

2 Februari 2024   14:29 Diperbarui: 2 Februari 2024   15:20 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi melihat keindahan kota Jakarta dari puncak Monas. (sumber gambar: dokpri/Wibhy)

Saya ingat betul, ketika datang ke Jakarta akhir tahun 2014 silam, salah satu tempat yang ingin saya kunjungi adalah Monumen Nasional (Monas).

Mengapa saya sangat ingin mengunjungi Monas? Hal itu, karena selama masih domisili di Saparua, Maluku Tengah, saya sering menyaksikan keindahan Monas dari layar televisi.

Saat itu, tidak ada pemikiran bahwa, kelak saya akan menginjakan kaki di Monas. Bagi saya, Monas begitu jauh, sehingga tidak mungkin dijangkau oleh anak desa seperti saya. Monas hanya ada dalam angan-angan saya saja.

Meskipun demikian, nasib orang siapa yang tahu? Akhir tahun 2014, Tuhan membawa saya ke Jakarta dengan cara-Nya yang ajaib.

Berawal dari studi di Malang, kemudian ditawarkan untuk melayani di Jakarta. Tentang hal ini, sudah saya tuliskan dalam artikel saya yang berjudul "Alasan Mengapa Saya Masih Tetap Tinggal di Jakarta" (silakan kawan-kawan intip).

Saya ingat pertama kali masuk Monas karena diajak oleh kakak kelas. Kami ke Monas sore hari untuk berolahraga. Kami berkeliling Monas sambil lari. Ternyata Monas itu luas banget, hanya seputaran saja kami langsung menyerah. Ha-ha.

Lalu, sekali lagi saya ke Monas dengan seorang teman kelas. Kami coba keliling Monas dengan sepeda yang kami sewa di lokasi Monas. Seru!

Meski saya belum berkesempatan naik ke puncak Monas, setidaknya saya saya sudah mengelilingi Monas dengan berlari dan bersepeda.

Kemudian, suatu hari, saya berkesempatan masuk ke museum yang ada di dalam Monas. Kala itu, saya bersama mantan pacar saya (yang sekarang menjadi istri saya). Karena kami datangnya sudah sore hari, jadi tidak sempat naik ke puncak Monas.

Hingga akhirnya, pada 20 Januari 2024 lalu, saya berkesempatan naik ke puncak Monas bersama Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71) yang diketuai oleh bang Horas.

Kalau mau dihitung-hitung, dari tahun 2014 hingga 2024 ini, sudah 10 tahun saya tinggal di Jakarta baru naik ke puncak Monas. Cukup lama.

Rupanya, ada satu kawan Kopaja71 yang lebih lama dari saya. 52 tahun baru naik ke puncak Monas. Beliau adalah Wijaya Kusuma (Omjay). Wow!

Mungkinkah ada orang Jakarta yang belum pernah naik ke puncak Monas? Kalau iya, kira-kira apa yang jadi alasan mereka belum naik ke puncak Monas?

Saya iseng tanya ke salah satu jemaat gereja. Ternyata jawabannya mengejutkan, beliau bilang beliau belum pernah naik ke puncak Monas. Padahal, beliau orang Jakarta dan sudah berusia 60-an tahun.

Bisa jadi, masih banyak orang Jakarta yang belum pernah naik ke puncak Monas. Bahkan, mungkin hingga akhir hayatnya, ia tidak pernah naik ke puncak Monas.

Banyak faktor yang menyebabkan orang Jakarta belum berkesempatan naik ke puncak Monas. Faktor kesibukan bekerja, tidak mau ngantre berlama-lama, bisa menjadi alasan mengapa mereka belum sempat naik ke puncak Monas.

Nah, saya dan Omjay sudah berhasil naik ke puncak Monas. Rasa penasaran kami tentang puncak Monas pun terjawab. Kalian kapan, nih?

Jangan sampai suatu hari nanti ada orang dari luar Jakarta yang bertanya, "kamu sudah naik ke puncak Monas belum?" Malu ah kalau kita jawab belum, padahal kita warga Jakarta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun