Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Reportase Community Meet-Up 2024: Dari Tebet Eco Park ke 02 Corner

28 Januari 2024   21:19 Diperbarui: 28 Januari 2024   21:31 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembukaan Community Meet-Up 2024. (sumber gambar: dokpri/Billy Steven Kaitjily)

Selain mas Kamil, ada juga mas Kevin, dan mas Musfi. Ketiga mimin Kompasiana ini tampak bersahaja dan humble. Setidaknya, itu kesan pertama saya saat berkenalan dengan mereka kemarin.

Di dalam ruangan 02 Corner, sudah ada pak bayu (kalau saya tidak salah ingat) dan mas Kevin, sementara yang lain belum datang. Saya menumpang ke toilet untuk membersihkan kaki dan memakai sepatu, maklum di jalan tadi hujan jadi pakai sendal. Setelah itu, saya berbaur dengan mereka.

Karena masih sepi, saya coba ke belakang di area bebas rokok, saya duduk di situ sambil mengecas handphone yang mulai sekarat, alias habis baterei. Tidak lama kemudian, muncul bang Horas. Kami sempat ngobrol sejenak sambil menunggu dimulainya acara.

Momen Ngobrol dengan Bang Horas

Bang Horas bercerita kalau hari ini dia datang telat, karena baru menghadiri acara keluarga di daerah Bekasi. Saya cukup tahu, bang Horas tipe orang yang disiplin soal waktu. Misalnya saja, saat kemarin Kopaja71 Ngetem di Monas dan Galeri Nasional, bang Horas datang lebih awal.

"Malulah saya sebagai ketua, tapi datang telat," ujar bang Horas.

Bang Horas juga bercerita mengapa dia sampai begitu disiplin. Rupanya, kedisiplinan tersebut terbentuk saat bang Horas dipercayakan menjadi ketua kaum muda Gereja Pentakosta di Indonesia (GPdI).

Saya cukup tahu budaya disiplin di GPdI, di mana para pelayannya diwajibkan datang lebih awal sebelum ibadah dimulai. Apabila ada pelayan yang datang telat, maka akan ditegur dan bahkan tidak diizin untuk melayani umat.

Ketika lagi asyik mengobrol, tiba-tiba mas Kamil meminta kami untuk masuk ke dalam ruangan karena acara akan segera dimulai. Saya lihat jam sudah pukul 14.45. Tampak beberapa peserta admin/perwakilan komunitas sudah duduk di kursinya masing-masing.

Di atas meja ada makanan ringan dan minuman kemasan. Saya dan bang Horas duduk berhadapan, sementara di samping bang Horas telah duduk mas Taufik. Acara pun dimulai.

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun