Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Narablog

Senang traveling dan senang menulis topik seputar Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kopaja71 Ngetem di Pameran Seni "Ratu Adil" Bentara Budaya Jakarta

14 Januari 2024   00:17 Diperbarui: 14 Januari 2024   21:05 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sesi foto bersama anggota Kopaja71 di depan Bentara Budaya Jakarta. (sumber gambar: dokpri/Mas Taufik)

Hari ini, Sabtu 13 Januari 2024, KOPAJA71 Ngetem sekaligus menghadiri pameran lukisan karya Budi Ubrux di Bentara Budaya Jakarta.

Sebenarnya, acara hari ini tuh, merupakan kelanjutan dari acara kemarin. Jumat kemarin itu pembukaan peluncuran buku "Ratu Adil" Karya Seniman Budi Ubrux dan Penulis Romo Sindhunata.

Nah, untuk mengetahui keseruan acara pembukaannya, anda bisa membaca artikel teman kami Mas Taufik dengan judul "Terbaru, Pameran Karya Seni "Ratu Adil" Resmi di Buka Pada 11 Januari 2024."

Kami tidak hadiri acara pembukaannya, karena waktunya nggak memungkinkan. Baru hari ini kami bisa hadiri. Tak mau berlalu begitu saja, saya ingin membagikan aktivitas kami tadi siang.

Saya tiba di Bentara Budaya sekitar pukul 10.00 WIB. Setelah parkir sepeda motor, saya langsung menuju 02 Corner, lokasinya persis depan Bentara Budaya, komplek Kompas Gramedia.

Di dalam ruangan, sudah ada ketua komunitas kami, Bang Horas, pak Syaiful, pak Wibhy, pak Inayat, dan Mbak Novia. Bang Horas menyambut kedatangan saya dengan ramah, sambil memperkenalkan anggota yang sudah hadir.

Awalnya, saya sempat diam dan sibuk sendiri, namun kemudian suasana jadi semakin akrab dengan sapaan pak Wibhy dan pak Inayat. Saya tiba-tiba ingat pak Wibhy yang selalu berkomentar dengan menyebut nama kedua saya, Steven.

Tak lama berselang, datanglah dua anggota lain, yaitu ibu Erry dan pak Jandris. Kompasianers siapa sih yang nggak kenal Kompasianer Jandris Slamat Tambatua, yang suka menulis tentang lingkungan? Artikel-artikel beliau sering masuk Lestari.

Menjelang pukul 11.00 WIB, datanglah Mbak Sabrina dan Mas Taufik. Karena personil sudah lengkap, kami pun bergegas menuju Galeri Bentara Budaya.

Melakukan Pendaftaran dan Mendengar Arahan

Ilusrasi sesi pendaftaran. (sumber gambar: dokpri/Mas Taufik)
Ilusrasi sesi pendaftaran. (sumber gambar: dokpri/Mas Taufik)

Tiba di Galeri Bentara Budaya, kami langsung melakukan resgitrasi atau pendaftaran peserta. Dimulai dari ketua kami, bang Horas, kemudian menyusul para anggota yang lain. Total anggota KOPAJA71 yang hadir hari ini berjumlah 10 orang.

Sebenarnya, yang daftar untuk hadir di acara pameran seni ini berjumlah 15 orang. Tapi, yang bisa hadir ternyata hanya 10 orang.

Sembari kami melakukan pendaftaran, dua wanita muda yang merupakan petugas galeri memberikan arahkan kepada kami, salah satu pesannya adalah tidak boleh menyentuh lukisan, karena dapat menimbulkan kerusakan.

Menikmati Keindahan Karya Lukis Budi Ubrux

Ilustrasi Kopaja71 menikmati keindahan karya lukis Budi Ubrux. (sumber gambar: dokpri/Mas Taufik)
Ilustrasi Kopaja71 menikmati keindahan karya lukis Budi Ubrux. (sumber gambar: dokpri/Mas Taufik)

Setelah kami melakukan registrasi, kami pun dipandu menuju ruang galeri. Pertama-tama kami menuju ruang sketsa yang terletak di sebelah kanan dari arah pintu masuk utama.

Wow! desain ruangan ini begitu minimalis, namun terkesan modern, dengan lukisan karya Budi Ubrux yang terpampang rapi di dinding. Saya juga melihat 2 buah pasang kursi kayu dengan desain yang unik.

Para anggota langsung tersebar untuk melihat lebih dekat lukisan karya Budi Ubrux. Di setiap lukisan diberi keterangan. Asli keren banget! Saya dan teman-teman Kopaja71 sempat memotret beberapa lukisan.

Dari situ, kemudian kami ke ruang galeri yang terletak di bagian tengah. Di pintu masuk, persis di sebelah kanan ada spanduk peluncuran buku Ratu Adil, Ramalan Jayabaya & Sejarah Perlawanan Wong Cilik.

Wow! lukisan Budi Ubrux di ruangan ini cukup besar. Kami semua tersebar untuk melihatnya lebih dekat. Lukisannya seperti nyata. Begitu hidup.

Kami menebak-nebak makna yang terkandung di balik lukisan-lukisan tersebut. Salah satu anggota kami, Pak Wibhy mencoba menjelaskan makna di balik lukisan-lukisan tersebut.

Namun, menurut seorang pengunjung, untuk mengetahui makna dari lukisan-lukisan tersebut, kita perlu membaca buku Ratu Adil, sebab di buku itu sudah dijelaskan dengan lengkap.

Sebelum meninggalkan ruangan, kami sempat berfoto ria dengan beckground lukisan-lukisan karya seniman Budi Ubrux.

Momen Sharing dari Kompasianer Syaiful dan Wibhy

Sharing Kompasianer D. Wibhyanto

Ilustrasi sharing dari pak Wibhy. (sumber gambar: dokpri/Billy Steven Kaitjily)
Ilustrasi sharing dari pak Wibhy. (sumber gambar: dokpri/Billy Steven Kaitjily)

Sebenarnya, masih ada waktu untuk kami melihat-lihat pameran lukisan, tapi kami menggunakan waktu sisa untuk berbagi (sharing) pengalaman menulis di Kompasiana.

Sharing dimulai dari Pak Wibhy. Beliau bertutur tentang latar belakang pendidikannya, yaitu dalam Ilmu Komunikasi. Dengan latar belakang itu, pada tahun 1992, beliau ditawarkan bekerja di dua stasiun TV Indonesia.

Setelah pensiun, beliau kemudian aktif menulis di Kompasiana hingga hari ini. Perjalanan menulis di Kompasiana hingga meraih centang biru ternyata tidak mudah. Namun, beliau terus berusaha hingga akhirnya mendapat centang biru.

Bukan hanya centang biru saja, tapi juga memenangkan berbagai lomba yang diselenggarakan oleh komunitas di Kompasiana. Bagi kami, nampaknya pak Wibhy begitu sukses di Kompasiana.

Namun, di balik semua prestasi yang sudah beliau raih, ternyata beliau merasa capek. Menurut beliau, rewards dari Kompasiana maupun komunitas hanya itu-itu saja, tidak ada yang spesial lagi bagi beliau.

Kami akhirnya mengerti bahwa pak Wibhy sedang ada dalam situasi menjenuhkan. Mungkin, beliau perlu beristirahat sejenak dari aktivitasnya di Kompasiana dan menikmati kehidupan bersama keluarga tercinta.

Sebelum menutup sharing, beliau berpesan kepada kami terutama yang masih baru di Kompasiana untuk tetap semangat menulis dan meraih cita-cita. Beliau sempat memuji saya yang selalu rajin menulis di Kompasiana.

Sharing Kompasianer Syaiful W. Harahap

Ilustrasi sharing dari pak Syaiful. (sumber gambar: dokpri/Billy Steven Kaitjily)
Ilustrasi sharing dari pak Syaiful. (sumber gambar: dokpri/Billy Steven Kaitjily)

Bang Horas, kemudian meminta pak Syaiful untuk berbagi pengalamannya sebagai penulis di Kompasiana. Karena kebetulan pak Syaiful dalam posisi berdiri di tengah kami. Saya baru tahu kalau beliau adalah mantan wartaman di beberapa media Indonesia.

Sharing beliau kepada kami tidak terlepas dari pengalamannya sebagai wartawan. Ada beberapa nasihat yang beliau sampaikan kepada kami berkaitan dengan dunia penulisan.

Pertama, buatlah tulisan signifikan. Artinya, tulisan yang mempunyai manfaat untuk pembaca. Kedua, buatlah tulisan yang benar-benar tidak kita kuasai, bukan tulisan sudah kita kuasai. Dengan begitu, kita jadi belajar sesuatu darinya, demikian juga dengan orang lain. Ketiga, buat dulu tulisan baru mencari gambar ilustrasi yang sesuai denga nisi artikel.

Tentu saja, hal-hal teknis seperti ini, sangat diperlukan bagi kami para Kompasianer pemula. Terima kasih pak Syaiful untuk sharing ilmunya. Terima kasih juga pak Wibhy untuk sharing pengalamannya yang menginspirasi.

Di akhir sharing, Bang Horas menyambung dengan mangatakan bahwa inilah Kopaja71 yang tidak hanya berfokus menulis, tapi juga ada saling sharing pengalaman hidup.

Sesi Berfoto Ria di Depan Bentara Budaya

Ilustrasi sesi foto bersama anggota Kopaja71 di depan Bentara Budaya Jakarta. (sumber gambar: dokpri/Mas Taufik)
Ilustrasi sesi foto bersama anggota Kopaja71 di depan Bentara Budaya Jakarta. (sumber gambar: dokpri/Mas Taufik)

Setelah sesi sharing selesai, kami melanjutkan dengan sesi foto di depan Gedung Bentara Budaya. Bang Horas sempat meminta bantuan kepada satpam untuk memotret kami yang sudah berbaris rapi.

Wah, satpamnya baik banget, buktinya kami memintanya memotret kami sebanyak tiga kali, dan beliau bersedia. Terima kasih pak Satpam yang baik hati.

Sesi melihat lukisan sudah selesai, sesi sharing sudah selesai, dan sesi foto ria juga sudah selesai. Sekarang waktunya pulang ke rumah masing-masing. Kembali kepada aktivitas biasa sehari-hari.

Kami saling berpamit-pamitan dan kemudian menghilang di tengah-tengah kerumunan kendaraan bermotor yang berlalu lalang di samping rel kereta api.

Sampai jumpa lagi di lain kesempatan teman-temanku sekalian. Terima kasih untuk kebersamaan kita hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun