Liburan sekolah sudah usai. Waktunya para siswa menyambut ajaran baru! Di hari pertama masuk sekolah, sebagian dari para siswa mungkin merasa gabut.
Hal ini wajar, karena biasanya, di hari pertama masuk sekolah kegiatan belajar-mengajar belum diselenggarkan secara efektif. Bahkan, para guru kerap tidak berada di kelas seharian.
Mengatasi kondisi ini, sebagian siswa akan melakukan kegiatan-kegiatan lain di kelas seperti berkenalan dengan teman baru, mengobrol dengan teman lama, hingga bermain permainan di smartphone.
Kalau sudah mulai bosan, para siswa akan pergi ke kantin sekolah dan menghabiskan waktu sampai jam pulang sekolah. Ayo ngaku, siapa di antara pembaca Kompasiana yang pernah kayak gini dulu?
Padahal, ada satu tempat yang bisa dimanfaatkan siswa untuk mengisi waktu senggang di sekolah. Tempat itu adalah perpustakaan.
Pada umumnya, perpustakaan menyediakan beragam jenis bacaan seperti majalah, koran, dan buku. Keberadaan perpustakaan sekolah bertujuan untuk meningkatkan minat baca siswa.
Semakin sering siswa membaca buku di perpustakaan, maka semakin meningkat minat belajar siswa di sekolah pula.
Hal ini juga akan memberikan dampak positif bagi pengembangan pengalaman dan pengetahuan siswa secara lebih luas dan menyeluruh.
Meskipun setiap sekolah menyediakan perpustakaan sebagai wadah belajar untuk siswa, tidak bisa dipungkiri hanya sedikit siswa yang tertarik masuk ke dalam perpustakaan.
Mereka lebih tertarik menghabiskan waktu dengan bermain smartphone atau pergi ke kantin. Bagi sebagian siswa, membaca buku adalah kegiatan yang membosankan.
Kesadaran siswa tentang pentingnya membaca buku masih rendah. Inilah juga yang menjadi penghambat rendahnya minat baca di Tanah Air.
Lalu, bagaimana perpustakaan sekolah menjadi daya tarik bagi siwa? Berikut ini beberapa strategi, yang dapat diterapkan oleh pihak sekolah.
Pertama, untuk menarik perhatian siswa, pengelola perpustakaan harus menambah koleksi bacaan yang beragam. Tidak hanya buku pelajaran wajib, tapi juga novel, cerita anak, dan lain sebagainya. Buku-buku di perpustakaan harus selalu update. Sebab, hampir setiap hari selalu ada buku baru.
Kedua, desain gedung dan ruangan perpustakaan harus lebih modern, dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC), fasilitas komputer, dan internet. Dengan begitu, siswa yang belajar di perpustakaan tidak merasa bosan.
Ketiga, pihak pengelola perpustakaan harus melakukan sosialisasi kepada siswa, bagaimana menggunakan fasilitas perpustakaan untuk menunjang kegiatan belajar mereka di sekolah.
Dengan langkah-langkah di atas, maka peran perpustakaan sekolah bisa berfungsi secara maksimal, yaitu sebagai oase pembelajaran siswa.
Saya teringat dengan novel Jostein Gaarder yang berjudul The Magic Library. Novel ini berisi cerita detektif, cerita misteri, kisah cinta, teori sastra, teori menulis, puisi, sejarah buku, drama, penerbitan, humor, dan sebagainya.
Saya tertarik untuk mengutip dan memodifikasi salah satu perkataan Gaarder di dalam novel tersebut, yang semoga relavan dengan apa yang kita bicarakan saat ini.
Di perpustakaan para siswa akan berbaur dengan para penulis yang paling pintar, paling intelek, dan paling luhur; di sana, di perpustakaan, kebanggan serta keluhuran manusia bersemayam.
Yuk, Bapak/Ibu guru, mari dorong para siswa-siswi kita untuk belajar di perpustakaan. Sebab, di sana keluhuran manusia bersemayam.
Namun, sebelum itu, kita sebagai guru harus memberikan contoh terlebih dahulu, dengan membaca buku di perpustakaan.
Salam literasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H