Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benteng Oranje di Ternate: Saksi Bisu Pengasingan Pahlawan Nasional

18 Desember 2023   15:16 Diperbarui: 18 Desember 2023   16:15 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Potret Benteng Oranje dari bagian depan. (sumber: kompasiana.com/Reza Aulia Rakhman)

Setelah kita menjelajahi benteng-benteng peninggalan bangsa Eropa di Maluku, kini saatnya kita menjelajahi benteng-benteng di Maluku Utara. Beberapa benteng yang berada di Ternate, Maluku Utara, antara lain adalah: Benteng Oranje, Benteng Kalamata, Benteng Tolukko, dan Benteng Kastela.

Ternate memang kota benteng, kata Kompasianer, Tonny Syariel. Tidak heran ada yang menjulukinya sebagai "Kota Seribu Benteng." Kita akan menjelajahi Benteng Oranje terlebih dahulu, setelah itu baru benteng-benteng lainnya.

Untuk memudahkan perjalanan kita, saya akan membuat peta jelajah. Pertama-tama, kita akan menelusuri asal-usul Benteng Oranje, lalu kita akan melihat fungsi Benteng Oranje pada era kolonial, kemudian kita akan menyelidiki peristiwa-peristiwa penting yang melatarbelakangi Benteng Oranje.

Asal-usul Berdirinya Benteng Oranje

Benteng Oranje pertama kali dibangun oleh bangsa Portugis pada abad ke-16. Dulunya, kawasan ini, dihuni oleh orang-orang berkebangsaan Melayu. Itu sebabnya sempat disebut Benteng Melayu.

Dikutip dari laman jalurrempah.kemdikbud.go.id, Sultan Ternate memberikan Benteng tersebut kepada Vereenigde Oostindische Compacnie (selanjutnya disingkat VOC) sebagai hadiah, karena berhasil mengusir bangsa Spanyol dari Ternate.

Bersamaan dengan itu, Sultan Ternate memperbolehkan VOC memonopoli hasil perkebunan di Ternate. Tanaman yang menjadi primadona kala itu, adalah cengkeh. Wah, Belanda untung banyak!

Benteng Melayu sempat rusak akibat serangan bangsa Spanyol. Kemudian, pada tahun 1605, seorang laksamana bernama Francois Wittert membenahi Benteng Melayu dan menggantikan namanya menjadi Benteng Oranje (Fort Oranje).

Benteng Oranje berlokasi di Jalan Hasan Boesoeri, Gamalama, Ternate Tengah, Kota Ternate, Maluku Utara. Dulunya, lokasi Benteng Oranje berada tepat di tepi laut, namun di kemudian hari bergeser ke tengah kota, karena reklamasi.

Benteng Oranje, saat ini, memiliki status sebagai cagar budaya nasional, karena menjadi salah satu bukti sejarah penjajahan bangsa Eropa atas Indonesia untuk memperebutkan rempah-rempah.

Fungsi Benteng Oranje pada Era Kolonial

Benteng Oranje dulunya dibangun Portugis untuk mengukuhkan kekuasaan mereka atas wilayah Ternate. Setelah Bentang Oranje menjadi milik Belanda, ia dipakai sebagai pusat pemerintahan Hindia-Belanda, sebelum akhirnya berpindah lokasi ke Batavia (sekarang Jakarta). Pada tahun 1756, benteng ini kemudian berubah fungsi menjadi penjara seperti yang tertulis pada batu prasasti.

Peristiwa-peristiwa Penting yang Melatarbelakangi Benteng Oranje

Ada dua peristiwa penting yang melatarbelakangi Benteng Oranje, antara lain sebagai berikut.

Peristiwa pertama, Benteng Oranje dijadikan sebagai tempat tinggal dan tempat berunding. Diketahui bahwa Gubernur-Jenderal pertama Hindia-Belanda, Pieter Both, pernah memakai Benteng ini sebagai tempat tinggal dan tempat berunding dengan Sultan Mudaffar dari Ternate.

Menurut laporan kompas.com, saat ini, bekas kediaman Gubernur Hinda-Belanda pertama itu telah dijadikan Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Ternate. Duh, sayang banget ya, telah beralih fungsi. Kan bisa ya, dibangun kantornya di lokasi lain, supaya bekas kediaman Pieter Both tetap utuh.

Peristiwa kedua, Benteng Oranje sempat dijadikan sebagai tempat pengasingan pahlawan nasional, Sultan Mahmud Badaruddin II dari Palembang. Kenapa ia bisa diasingkan di Benteng Oranje? Itu karena ia ngotot membebaskan Palembang dari tangan Belanda.

Semasa pemerintahannya, ia beberapa kali melakukan perlawanan terhadap Inggris dan Belanda. Ketika Belanda berhasil menguasai Palembang, ia dan keluarganya ditangkap dan diasingkan di Benteng Oranje hingga akhir hayatnya, dan dimakamkan tidak jauh dari lokasi Benteng Oranje.

Namanya kemudian diabadikan sebagai nama bandara di Palembang, Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II dan mata uang rupiah pecahan 10.000. Wah, keren!

Kesimpulan dan Petunjuk Arah Menuju Benteng Oranje

Benteng Oranje yang berusia ratusan tahun itu, hingga kini, masih berdiri kokoh di tengah Kota Ternate. Pemerintah setempat telah menjadikannya sebagai objek wisata sejarah dan edukasi untuk menarik wisatawan lokal dan mancanegara.

Jadi, kalau kalian pas berkunjung ke Ternate, jangan lupa singgah di Benteng Oranje. Arah menuju Benteng Oranje sangat mudah ditemukan. Kalau kalian datang dari arah Bandara Sultan Babullah, kalian bisa naik mobil dengan jarak tempuh sekitar 5 kilometer.

Bagaimana, kalian tertarik mengunjungi kota seribu benteng ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun