Nusalaut merupakan salah satu pulau kecil di Maluku Tengah. Ia dijuluki sebagai pulau anyo-anyo. Pulau ini memiliki luas sekitar 32,50 kilo meter persegi. Hanya ada 7 Negeri/Desa di pulau ini, yaitu Titawae, Abubu, Akoon, Ameth, Nalahia, Sila, dan Leinitu. Ibu kota kecamatannya berada di Abubu.
Secara geografis, Pulau Nusalaut berada di sebelah utara berbatasan dengan Pulau Saparua, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Banda, sebelah timur berbatasan dengan Laut Seram dan Pulau Serua, dan sebelah barat berbatasan dengan Pulau Molana.
Selain menyimpan keindahan pantai dan alam bawah laut, Nusalaut ternyata menyimpan banyak situs sejarah, salah satunya adalah Benteng Beverwijk yang terletak di Negeri Sila. Lantas, bagaimana sejarah berdirinya benteng ini, dan bagaimana kondisinya sekarang? Berikut penjelasannya.
Sejarah Singkat Benteng Beverwijk
Benteng Beverwijk terletak di Negeri Sila - salah satu dari 7 Negeri yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Nusalaut, Maluku Tengah. Benteng ini dibangun oleh Admiral Verhoeven sekitar tahun 1654. Nama benteng ini diambil dari nama kota kelahiran Gubernur Ambon pada masa itu.
Benteng ini dipersenjatai dengan empat pucuk meriam. Dulunya, benteng ini dijaga oleh seorang sersan dengan 20 tentara dan seorang tabib yang ahli menyembuhkan luka.
Penguasa Belanda kala itu bernama Van Honimoa. Pada tahun 1673 sersan penjaga diganti oleh seorang wakil kepala perdagangan, yang juga bertugas sebagai pemegang buku, atau akuntan di masa kini.
Kemudian, pada tahun 1817, Beverwijk diduduki oleh penduduk setempat dan penghuninya dibunuh, kecuali seorang kopral Eropa dan dua orang tantara Jawa.
Tuju tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1824, Beverwijk resmi kembali menjadi bangunan pertahanan Belanda dan dijaga oleh sekelompok tentara.
Beverwijk menjadi saksi bisu, di mana Kapitan Paulus Tiahahu dibunuh persis di depan bangunan pertahanan ini pada tanggal 17 November tahun 1817.
Peristiwa ini disaksikan oleh penduduk setempat termasuk putri Kapitan Paulus yang bernama Martha Tiahahu. Duh, tak terbayangkan betapa sedihnya hati sang putri kala itu.
Bagaimana Kondisinya Sekarang?
Dikutip dari laman tribun-maluku.com, Benteng Beverwijk di Negeri Sila kini tampak tak terurus lagi. Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah, baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah Kabupaten Maluku Tengah, dalam menata, menjaga, dan melestarikannya sebagai aset budaya.
Karena itu, diharapkan perhatian pemerintah untuk memperbaiki dan menata kembali Benteng Beverwijk yang sudah termakan usia dan hampir punah tersebut. Kalau hal ini ditindaklanjuti, bukankah yang diuntungkan adalah masyarakat dan pemerintah Kabupaten Maluku Tengah?
Bagaimana Bisa Sampai ke Pulau Nusalaut?
Perlu kalian ketahui, transportasi laut dari Pelabuhan Tulehu, Ambon menuju Nusalaut hanya ada dua kali perjalanan dalam satu minggu. Menurut jadwal, kapal ferry menuju Nusalaut hanya berangkat pada hari Selasa dan hari Sabtu. Biayanya kurang lebih sekitar 50 ribu.
Kalau mau menggunakan speed boat juga bisa, hanya biayanya lebih mahal dan tergantung jumlah penumpangnya. Semakin sedikit penumpangnya biasanya lebih mahal. Kalau sedang musim gelombang, saya sarankan untuk naik kapal ferry saja karena lebih aman.
Kalau kalian berangkat dari Pulau Saparua malah lebih murah, karena dekat. Dari Saparua kalian bisa menumpang kapal motor kayu berukuran sedang.
Kesimpulan
Pulau Nusalaut mempunyai potensi pariwisata yang sangat menjanjikan, salah satunya wisata sejarah Bentang Beverwijk di Negeri Sila. Sayangnya, bangunan bersejarah ini, tampak tidak terurus lagi saat ini. Perlunya perhatian dan tindakan pemerintah Maluku Tengah untuk menjaga dan memelihara warisan bersejarah ini demi keberlanjutan budaya dan pariwisata di daerah tersebut.
Bagaimana, kalian tertarik untuk mengunjunginya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H