Dear Billy,
Maafkan aku baru mengabarimu sekarang. Akhir-akhir ini, aku sangat banyak urusan. Aku harap, kamu mau memaafkanku, Billy!
Sore ini, aku meluangkan sedikit waktuku untuk menulis surat kepadamu - sekadar untuk menyapa dan menghibur hatimu yang sedang gundah-gulana.
Aku tahu, kamu sangat shock, ketika artikelmu dihapus oleh admin Kompasiana hari ini. Padahal, tulisan itu, sudah kamu buat dengan hati-hati. Kamu sedih, karena ini kali ketiga artikelmu dihapus oleh admin Kompasiana.
Kamu khawatir bila 2 kali lagi melakukan pelanggaran, akunmu akan dibekukan selamanya. Dan itu artinya, kamu sudah tidak bisa lagi menulis dan berkarya di platform Kompasiana.
Billy, apa kamu masih ingat dengan apa yang pernah disampaikan oleh A. S. Laksana dalam kelas menulis sebagai meditasi beberapa waktu lalu?
Laksana mengatakan kalau dalam hidup ini, kita memerlukan langkah mundur. Dia mengumpamakan hidup kita seperti sebuah mobil. Mobil memerlukan persneling mundur, karena gerak mundur sesekali diperlukan untuk maju ke tempat tujuan yang terjauh sekalipun.
Mobil tidak bisa memaksakan dirinya untuk maju terus pada saat berada di jalan buntu. Aku mengamati, belakangan ini, kamu tancap gas terus. Sejak tergabung di Kompasiana, kamu menulis setiap hari, bahkan tiga artikel berhasil kamu tayangkan dalam satu hari.
Sehingga, selama 65 hari ini, kamu sudah menayangkan sekitar 101 artikel di Kompasiana. Tentu saja, aku akui akan semangat dan ketekunanmu itu.
Tetapi, Billy, kamu perlu langkah mundur, supaya kamu lebih fokus dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Sekarang, cobalah untuk menulis satu artikel saja satu hari. Itu jauh lebih baik, ketimbang tiga artikel yang kamu kebut dalam sehari.
Sistem kebut inilah yang membuat kamu jatuh dalam pelanggaran. Sistem ini juga yang membuat Kompasianer-Kompasianer lain mengalami pembekuan akun, karena melakukan pelanggaran sebanyak lebih dari 5 kali.
Tentu, kamu tidak ingin berakhir seperti mereka, bukan? Karena itu, aku menulis surat ini untuk mengingatkanmu, agar  kamu lebih berhati-hati.
Jangan terlalu lama larut dalam kesedihanmu, Bung! Yang lalu, biarlah berlalu. Kamu harus bangkit kembali. Kamu harus bisa fokus kembali - memperbaiki cara menulismu yang salah di Kompasiana.
Ingat! teman-teman Kompasianermu menanti ceritamu. Opa Effendi, Oma Rose, Ibu Hennie, Pak Nus, Pak Donald, mereka semua menunggu ceritamu.
Sampai jumpa,
Kembaranmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H