Tadi malam, saya sengaja lembur untuk menulis 1 artikel. Judul artikelnya "Menelisik Fenomena Anak Muda di Desa yang Memilih Merantau ke Kota." Artikelnya cukup panjang - lumayan menguras tenaga dan pikiran.
Setelah rampung, saya tayang. Tapi, sebelum ditayang, saya melakukan preview untuk memastikan artikelnya sudah sesuai dengan syarat dan ketentuan Kompasiana.
Lalu, saya tayang. Beberapa detik kemudian, ada notifikasi masuk - itu adalah pemberitahuan dari admin Kompasiana. Mereka hanya ingin memastikan kalau artikel saya layak atau tidak untuk ditayang.
Jujur, ini situasi yang menakutkan bagi saya. Kenapa? Karena hanya ada 2 kemungkinan: dihapus atau ditayang. Kalau dihapus ya, berarti raport merah bagi saya. Kalau nggak dihapus ya, berarti aman.
Teman-teman Kompasianer senior pastilah pernah mengalami situasi semacam ini. Setidaknya, satu kali sepanjang waktu.
Setelah menunggu sekitar 5 menit (mungkin, kurang dari 5 menit), saya kembali mendapat notifikasi. Deg-degan, sudah pasti. Eh, ternyata artikel saya dinyatakan lolos peninjauan dan berhasil ditayang plus berlabel Pilihan. Senang.
Ketika mau rehat, saya menyempatkan diri menengok komentar dan penilaian teman-teman Kompasianer pada artikel saya yang berjudul "Mengoptimalkan Potensi Blue Economy di Pulau Saparua." Dan, saya kaget melihat label Artikel Utama (Headline).
Padahal, artikel itu sudah tayang sekitar 4 hari lalu dengan label Lestari. Jadi, harapan saya untuk masuk kategori Headline sudah hilang ditelan bumi.
Kompasiana kembali mengejutkan saya; kembali membangkitkan gairah saya untuk menulis. Kini, saya sudah berhasil meraih 2 artikel berlabel Headline.
Tentu saja, saya tidak berpuas diri. Lalu, berhenti menulis di Kompasiana. Tidak! Perjalanan saya masih sangat panjang.