Fenomena anak muda di desa yang merantau ke kota hampir terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Umumya, mereka merantau untuk melanjutkan sekolah atau untuk mencari pekerjaan.
Sebagai seorang pemuda yang lahir dan dibesarkan di desa, tentu saja saya ingin sekali memajukan desa saya. Terlebih saat melihat kondisi desa saya yang seperti itu-itu saja.
Raja (Kepala Desa) dan Camat boleh saja berganti, tetapi kondisi desa minim perubahan, bahkan mungkin tak ada perubahan sama sekali. Pernah ada Camat yang divonis kasus korupsi dana PNPM mandiri perdesaan. Duh.. miris!
Lalu, ada sebuah pola berulang, yang saya perhatikan di kalangan pemuda desa, yaitu pergi merantau tanpa memberikan kontribusi apa-apa pada desa.
Bahkan, tidak banyak anak muda yang setelah merantau lupa kampung halaman. Contohnya, saya. Mereka pulang hanya untuk merayakan Natal dengan keluarga di kampung, setelah itu akan kembali ke perantauan.
Setelah saya telisik penyebabnya, saya menemukan dua hal paling menonjol yang menyebabkan mereka malas untuk kembali ke kampung halaman. Dua hal tersebut antara lain sebagai berikut.
Tidak Tersedianya Lapangan Pekerjaan
Penyebab pertama, adalah tidak tersedianya lapangan pekerjaan. Anak-anak muda dari keluarga Ibu saya, misalnya, merantau ke kota besar seperti Kota Ambon, Sorong, dan Jayapura.
Mereka terpaksa meninggalkan sanak keluarga (istri dan anak-anak) demi mengadu nasib di negeri orang. Bahkan, adik kandung saya pernah bekerja di perusahaan kelapa sawit di kota Sorong.
Padahal, desa saya bukannya tidak memiliki potensi terciptanya lapangan pekerjaan. Justru, berpotensi besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi anak-anak muda, kalau pejabat desa mau serius membangun desa.
Setahu saya, pemerintah telah menyediakan dana desa bagi daerah-daerah tertinggal. Dikutip dari laman kompas.id,