Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis dan Narablog

Senang traveling dan senang menulis topik seputar Sustainable Development Goals (SDGs).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Optimalisasi Potensi Wisata Pesisir Pulau Saparua: Solusi Mengurangi Angka Pengangguran

13 November 2023   16:13 Diperbarui: 14 November 2023   00:17 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sengaja mencari data di internet tentang angka pengangguran di Pulau Saparua, tapi sayang tidak dapat. Yang saya dapat adalah data pengangguran di Kota Ambon - pulau tetangga yang berjarak sekitar 52.3 km dari Saparua.

Baiklah, saya tetap mengutip data itu di sini, dengan pertimbangan Ambon adalah Ibukota Provinsi Maluku. Sebagai Ibukota, tentunya anak-anak muda dari Saparua turut merantau ke Ambon, entah untuk kuliah ataupun bekerja.

Dikutip dari laman kompastimur.com, PJ. Walikota Ambon, Bodewin Wattimena, dalam sosialiasi Rencana Tenaga Kerja (RTK) Makro Kota Ambon tahun 2023-2026, mengungkapkan kondisi pengangguran terkini di Kota Ambon masih cukup tinggi, yaitu pada angka 11,60% atau 27.531 jiwa. Angka ini terus bertambah dengan bertambahnya angka-angka lulusan pada perguruan-perguruan tinggi di Kota Ambon.

Bahkan, bukan hanya dari lulusan perguruan tinggi, tetapi juga dari lulusan SMK dan SMA di Kota Ambon yang tidak bisa lagi melanjutkan studinya di jenjang yang lebih lanjut.

Ini menunjukkan kalau ketersediaan lapangan pekerjaan di kota Ambon tidak sebanding dengan jumlah lulusan SMK/SMA dan lulusan perguruan-perguruan tinggi Kota Ambon.

Kalau di Ibukota saja tidak tersedia lapangan pekerjaan, apalagi di pulau-pulau kecil seperti Saparua, Haruku, dan Nusalaut? Belum lagi, biaya hidup sehari-hari yang semakin menjulang tinggi.

Mungkin, kondisi inilah yang mendorong Jong Desa Pelopor (JDP) - gerakan anak muda milenial untuk membangkitkan potensi desa-desa di kepulauan Indonesia, termasuk di Saparua Maluku Tengah.

Cita-cita mereka adalah mengajak pemuda Saparua yang menganggur untuk beternak ayam petelur. Saya kira, ini cita-cita yang sangat mulia dan patut didukung oleh Kementerian Desa, Kementerian Pertanian, dan Pemerintah Daerah.

Solusi lain mengurangi angka pengangguran, khususnya, di Pulau Saparua, hemat saya, adalah dengan mengoptimalkan sektor pariwisata di pesisir Pulau Saparua.

Sebenarnya, Pulau Saparua memiliki banyak pantai yang memikat/memanjakan mata. Sebut saja pantai Waisisil yang menyimpan nilai historis perjuangan rakyat Saparua mengusir penjajah Belanda.

Pantai pasir putih Belakang Kota yang berdekatan dengan Benteng Duurstede. Pantai Motoni Negeri Ouw yang berhadapan langsung dengan Pulau Nusalaut dan laut Panda. Pantai Kulur yang berdekatan dengan dermaga kapal ferry.

Dan, masih banyak lagi spot wisata pantai di Pulau ini, yang kalah menariknya.

Akan tetapi, yang sangat disayangkan, pantai-pantai di Pulau Saparua ini nyaris luput dari perhatian Dinas Pariwisata Maluku Tengah. Hampir setiap pengunjung pantai mengeluhkan hal yang sama, yaitu supaya dibuatkan fasilitas umum yang memadai.

Sejauh ini, yang saya ketahui, lokasi-lokasi wisata pantai di Pulau Saparua masih dikelola oleh warga lokal sekitar pesisir pantai. Sehingga, tidak heran kualitas pelayanan kurang memuaskan.

Sudah waktunya, Pemerintah Daerah, melalui Dinas Pariwisata Maluku Tengah meninjau dan melakukan pembangunan fasilitas umum yang memadai pada titik-titik pantai yang berpotensi menjadi spot wisata. Hal ini bisa menjadi peluang terciptanya lapangan pekerjaan baru bagi warga lokal yang menganggur.

Pulau Saparua memiliki anak-anak muda yang berpotensi, sayang kalau potensi mereka dibiarkan terkubur. Atau, membiarkan mereka merantau ke negeri orang.

Sudah saatnya, Pemerintah Daerah, melalui Dinas Pariwisata Maluku Tengah bergerak merekrut mereka demi pembangunan sektor pariwisata di Pulau Saparua yang berkelanjutan.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun