Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengoptimalkan Potensi Blue Economy di Pulau Saparua

12 November 2023   14:14 Diperbarui: 17 November 2023   00:36 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh substrat buatan. (sumber: mongabay.co.id)

Padahal, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono telah mengeluarkan aturan tentang larangan alat penangkapan ikan yang dapat merusak lingkungan (lih. Permen KP No. 18/2021).

Selain itu, yang membuat terumbu karang rusak parah juga adalah aktivitas membuang sampah di laut. Saya beberapa kali melakukan perjalanan menggunakan kapal laut, baik dari Saparua ke Ambon atau sebaliknya. Tidak jarang saya melihat masyarakat yang membuang sampah plastik ke laut. Tidak heran, di pinggir pantai banyak sekali sampah plastik.

Tahukah kalian kalau sampah-sampah plastik yang dibuang ke laut itu, akan tenggelam dan menempel pada terumbu karang, dan itu juga akan membuat ikan-ikan kita mati.

Upaya yang Bisa Dilakukan Pemerintah dan Masyarakat Pulau Saparua

Setelah mengetahui penyebab kerusakan terumbu karang di Pulau Saparua, tentu pertanyaan selanjutnya adalah upaya-upaya apa yang bisa masyarakat dan Pemerintah lakukan?

Pertama-tama, perlunya sosialisasi Pemerintah kepada masyarakat lokal pesisir pantai tentang manfaat terumbu karang dan jenis ikan tertentu yang tidak boleh dikonsumsi demi menjaga kestabilan ekosistem laut.

Pemerintah perlu mengedukasi para nelayan di Pulau Saparua tentang penggunaan alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan, serta melakukan pengawasan di laut Saparua.

Pemerintah mengajak masyarakat untuk melakukan transplantasi karang. Transplantasi karang adalah salah satu upaya kegiatan rehabilitasi terumbu karang melalui propagasi karang/pemotongan karang indukan yang selanjutnya ditanam di tempat lain yang mengalami kerusakan. Upaya ini, bisa dilakukan di pantai-pantai yang mengalami kerusakan karang seperti pantai Porto dan Haria.

Sedangkan, untuk pantai-pantai yang didominasi oleh pasir putih bisa menggunakan substrat buatan (artificial substrate). Dalam melakukannya, perlu untuk mempertimbangkan kondisi perairan. Bila kondisi perairan berombak seperti pantai pasir putih Belakang Kota, maka substrat buatan yang direkomendasikan adalah model yang kuat dan kokoh.

Desain bagian kakinya agak runcing, shingga bisa menancap ke dalam sekitar 50 cm ke dasar perairan. Bahannya disarankan menggunakan semen bukan besi. Dengan semen, bisa tahan terhadap goncangan arus dan gelombang laut, umurnya pun lebih lama.

Contoh substrat buatan. (sumber: mongabay.co.id)
Contoh substrat buatan. (sumber: mongabay.co.id)

Dampak Positif Pelestarian Terumbu Karang di Pulau Saparua

Lantas, dampak positif apa yang dapat dirasakan oleh Pemerintah maupun masyarakat Saparua, kalau terumbu karang dilestarikan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun