Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Spiritualitas Keseharian

30 September 2023   14:04 Diperbarui: 30 September 2023   14:10 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Anthony Tyrrel on Unsplash

Hari ini, saya terdorong untuk membahas tentang "Spiritualitas Keseharian." Apakah Anda pernah mendengar istilah ini sebelumnya?

Mungkin, sebagian besar dari Anda yang membaca tulisan ini baru mendengar istilah ini. Jika asumsi saya ini keliru, saya minta maaf. Tetapi, apabila asumsi saya benar, izinkan saya untuk menjelaskan tentang arti dari istilah "spiritulitas keseharian" ini kepada Anda.

Begini. Banyak orang Kristen menganggap bahwa, Tuhan hanya bisa ditemukan di dalam ruang ibadah/gereja.

Anggapan ini di-latar-belakangi oleh pemahaman bahwa, gedung gereja merupakan simbol kehadiran Tuhan.

Tentu saja, anggapan itu benar. Akan tetapi, Tuhan juga dapat ditemui di dalam peristiwa sehari-hari yang tampak biasa-biasa, bukan di dalam hari-hari istimewa saja.

Saya lantas teringat akan ucapan dari pendeta Joas Adiprasetya, seorang teolog yang saya kagumi, beliau mengatakan  bahwa,

Keseharian adalah situs anugerah dan kasih. Ia tidak perlu ditinggalkan demi menemukan anugerah Allah melalui peristiwa-peristiwa monumental dan spektakuler. Ia adalah 'ruang' ibadah sesungguhnya.

Dengan perkataan lain, ruang perjumpaan kita bersama Tuhan, sesungguhnya, adalah keseharian itu sendiri.

Ketika kita bekerja, atau ketika kita berpergian dan bertemu serta berinteraksi dengan orang-orang, baik yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal, ada kemungkinan kita menemukan anugerah Tuhan. Ada kemungkinan kita menemukan kasih dan kebaikan Tuhan di sana.

Saya beberapa kali menemukan anugerah Tuhan dalam diri orang-orang yang saya temui. Mereka menawarkan bantuan kepada saya dengan iklas seperti menawarkan tiket seminar gratis, biaya masuk ke pelabuhan gratis, mengembalikan dompet saya yang ketinggalan, mengembalikan barang seharga 20 juta, dan lain sebagainya.

Dan, dalam beberapa kesempatan, saya menawarkan bantuan kepada orang-orang yang tak saya kenal seperti mengembalikan handphone yang jatuh di jalan raya, memberikan minyak goreng, dan lain sebagainya.

Inilah yang saya sebut sebagai "spiritualitas keseharian" -- sebuah spiritualitas yang dibangun melalui peristiwa-peristiwa biasa yang dialami sehari-hari bersama orang asing maupun orang yang dikenal.

Inilah yang seringkali dilupakan oleh kebanyakan umat Tuhan masa kini. Spiritualitas Kristen tidak melulu dibangun melalui peristiwa-peristiwa monumental atau spektakuler, melainkan juga dibangun melalui peristiwa biasa sehari-hari.

Jadi, mulai sekarang, ubahlah pola pikir Anda. Jangan batasi karya Tuhan dengan pikiran Anda yang sempit. Jangan batasi pekerjaan Tuhan hanya pada aktivitas-aktivitas agamawi Anda.

Sesungguhnya, Tuhan juga bisa berkerja dan berkarya melalui dan dalam diri orang lain yang bukan dari kelompok Anda. Atau, yang bukan dari agama Anda sekalipun.

Kita seharusnya mengerti bahwa, Tuhan yang kita sembah itu adalah Tuhan yang kreatif. Gagal mengerti ini, berarti gagal mengenal Tuhan yang sejati. Tuhan yang sejati adalah Tuhan yang tidak memilih kasih kepada siapa Ia menunjukkan diri-Nya.

Dengan perkataan lain, Tuhan yang sejati adalah Tuhan yang mengizinkan diri-Nya dikenal dan dialami oleh siapa pun yang rindu mengenal-Nya.

Terima kasih ya, karena sudah mampir dan membaca tulisan saya. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa lagi besok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun