Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Freelancer - Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Berbagi opini seputar Sustainable Development Goals (SDGs) terutama yang terpantau di Jakarta. Melalui opini yang dituangkan, saya mengajak pembaca untuk lebih memahami dan menyadari konsep keberlanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Orang Idiot vs Orang Pintar: Sebuah Refleksi

27 September 2023   14:36 Diperbarui: 15 Oktober 2023   23:02 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: dok. Billy Steven Kaitjily)

Tulisan ini, saya buat spontan, setelah membaca bab tiga dari buku Unlimited Wealth karangan Bong Chandra. Dia memberi judul untuk bab tiga adalah Kenapa Orang yang Idiot Kaya, Saya Tidak?

Yang menarik dari bab ini adalah ketika Bong menceritakan pengalaman belajarnya sewaktu di SMA. Ketika di SMA, dia mendapatkan nilai yang jelek di hampir semua mata pelajaran. 

Nilai 9 pada mata pelajaran Olahraga, nilai 8 pada mata pelajaran Agama, nilai 4 pada mata pelajaran Matematika, nilai 4 pada mata pelajaran Kimia, nilai 5 pada mata pelajaran Biologi, nilai 5 pada mata pelajaran Bahasa Inggris, nilai 5 pada mata pelajaran Sejarah, dan nilai 5 untuk mata pelajaran Komputer. Bong tidak sendirian, dia memiliki lima teman yang memiliki nilai buruk seperti dia. 

Mereka lebih senang bermain dibandingkan belajar. Suatu ketika, seorang guru Fisika memarahi salah satu teman idiot Bong dan berkata, "Kalau otak dan kepalamu bisa dibuka, pasti isinya kosong!" Bong dan teman idiotnya itu tidak pernah melupakan kata-kata guru mereka itu.

Seiring berjalannya waktu, Bong dan teman-temannya beranjak dewasa dan memiliki kesibukan masing-masing. Setelah cukup lama tidak bertemu dengan teman-teman SMAnya, mereka akhirnya dipertemukan kembali dalam reunian SMA. 

Di sini, Bong melihat sebuah kenyataan yang ironis. Teman-teman idiot Bong telah berubah menjadi orang sukses. Mereka memiliki bisnis sendiri dan memiliki penghasilan yang besar. 

Mereka telah membeli rumah dan mobil di usia 20 tahun. Sebaliknya, teman-temannya yang dulu terbilang cukup pintar memilih rasa aman dengan menjadi karyawan. 

Mereka ini tidak lebih sukses dibandingkan Bong dan teman-teman idiotnya. Kalau kalian tidak tahu siapa Bong Chandra dan seperti apa kesuksesannya hari ini, kalian bisa searching di Google sekarang!

Ketika membaca cerita Bong, saya jadi teringat ketika saya masih kuliah S-1 teologi di Malang (tahun 2009-2014). Suatu hari dalam  kelas, seorang dosen Homiletika berkata kepada saya dengan nada yang merendahkan, "Kalau isi khotbahmu seperti itu, bagaimana mungkin saya akan meluluskan kamu dari mata kuliah ini?"

Kata-katanya itu sempat membuat saya down. Memang, semasa kuliah, nilai saya tergolong cukup jelek dibanding teman-teman saya yang lain.

Saya lulus kuliah dengan IPK 2,67. Setelah lulus, saya bertekat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2 teologi.

Di sinilah, saya mulai rajin membaca dan menulis. Di antara teman-teman mahasiswa S-2, saya lah yang paling giat menulis buku. 

Ada 6 buku (belum termasuk buku kolobarasi) yang terbit selama saya masih menjadi mahasiswa S-2. Karena terlatih menulis, maka saya bisa menulis Tesis dengan cukup baik dan mendapatkan nilai "-A." Bagi saya, ini adalah sebuah prestasi. Ini adalah sebuah kesuksesan.

Sudah hampir 10 tahun kami lulus sarjana teologi, namun saya melihat teman-teman saya yang dulu tergolong cukup pintar, yang dulu nilainya bagus di kelas, tidak satu pun dari mereka yang menerbitkan karya berupa buku. Tidak satu pun dari mereka yang menulis di blog.

Jadi, saya ingin mengatakan kepada kalian, terutama golongan kaum idiot. Kalian punya potensi untuk menjadi orang yang sukses di kemudian hari.

Tekunilah satu bidang yang menjadi minat kalian, dan kalian akan lihat hasil akhirnya. Kalian akan menjadi ahli dalam bidang yang kalian tekuni itu. Kalian akan menjadi sukses di bidang yang kalian tekuni.

Kalau minat kalian pada urusan tulis-menulis, fokus saja di situ. Kalau kalian minatnya pada bisnis, fokus saja di situ. Siapa tahu kalian bisa seperti Bong Chandra yang sukses di usia muda. Dia menjadi motivator termuda nomor 1 di Asia.

Maafkan saya, kalau tulisan ini terkesan membela kaum idiot ketimbang kaum pintar. Mungkin, karena latar belakang saya sebagai orang idiot.

Tetapi, saya sangat berharap kaum pintar pun bisa mengambil hikmah dari tulisan ini. Mungkin, sikap yang bisa ditiru dari kaum idiot adalah mereka ini pantang menyerah. Bagi mereka, kegagalan bukan sebuah kekalahan, tetapi kesempatan untuk meraih kemenangan (baca: kesuksesan) dalam bidang yang mereka tekuni.

Terima kasih ya, sudah mampir membaca tulisan saya. Kalau ada kata-kata saya yang kurang berkenan di hati kalian, mohon untuk dimaafkan.

Saya berharap, saya bisa terus konsisten menulis di Kompasiana setiap hari. Kalau kalian tidak keberatan, kalian bisa follow akun saya sekarang, agar kalian tidak ketinggalan tulisan-tulisan saya yang baru. Kita jumpa lagi besok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun