1 Petrus adalah surat penggembalaan kepada beberapa komunitas Kristen yang tersebar (1:1). Mereka menghadapi banyak masalah dalam kehidupan mereka. Lingkungan mereka, menurut Robinson, “secara terus menerus melihat dan memperlakukan mereka sebagai ‘pendatang dan orang asing’ (paroikoi and parepidemoi dalam 1:1; 2:11).”
Hal ini mengimplikasikan bahwa “mereka rentan terhadap segala diskriminasi dan pembatasan politik, hukum, ekonomi dan sosial.” Mereka juga menderita karena iman mereka (band. 3:14), serta berbagai pencobaan menguji iman mereka (1:6).
Jadi, sang Rasul dan Penatua (band. 1:1; 5:1) “menulis kepada jemaat-jemaat yang baru tersebut untuk menuntun mereka kepada kedewasaan dan untuk menganggapi isu-isu yang berkaitan dengan interaksi mereka dengan dunia dimana mereka hidup yang cenderung memusuhi.” Mereka dimotivasi untuk mempertahankan iman mereka sampai hari Yesus Kristus menyatakan diri (1:7).
Surat 1 Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Kitab I Petrus terbagi atas 5 pasal, Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani.
Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini adalah adanya seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
Penderitaan dan panggilan untuk berbuat baik yang tertulis dalam 1 Petrus 2:21-25 apabila dilihat secara konteksnya adalah “Penderitaan bukanlah sebuah karma yang harus diterima oleh orang Kristen maupun pengalaman yang diterima oleh orang Kristen secara Pasif” melainkan panggilan orang-orang Kristen untuk berbuat baik adalah ketika situasi dan kondisi yang sedang tidak baik-baik saja.
Bahkan sering kali orang-orang Kristen diperhadapkan pada situasi dimana harus tetap mengasihi musuh-musuhnya yang adalah sebuah panggilan yang Allah gunakan untuk mencapai kehendak-Nya.
Dalam situasi ini-lah peranan orang-orang Kristen untuk tetap melakukan kasih-Nya walaupun dalam keadaan yang sangat buruk sekalipun. Kabar baiknya, dalam situasi seperti inilah saat dimana orang membutuhkan sebuah pertolongan yang datang dari Sang Maha Damai, yaitu Tuhan. Harapan Petrus bagi penerima suratnya mereka dilimpahi Allah dengan kasih karunia yang melimpah.
Dalam hal ini, kata ca,rij yang dipakai Petrus pada suratnya ini menunjukkan pengertian yang lebih dalam.
Dalam teks ini menderita dipahami sebagai kasih karunia (2:19-20), merupakan ungkapan dari doa atau harapan Petrus ketika ia memperhatikan kondisi yang terus berkembang, dimana penerima suratnya sedang dalam konflik yang menekan mereka.